Advertorial

Merek Sepatu Asal Bandung Ini Dikira Produk Luar Negeri

Kompas.com - 14/07/2017, 17:00 WIB

Tahun 2010, dua mahasiswa asal Bandung Yukka Harlanda dan Putera Dwi Kurnia menciptakan merek sepatu Brodo. Selang beberapa tahun, nama Brodo semakin dikenal dan diminati anak muda.

Tadinya, Yukka dan Putera tak punya pengetahuan apa-apa soal tren sepatu dan pemasaran digital. Meski begitu, berawal dari jualan online, kini merek Brodo telah membuka toko fisik, salah satunya di Jalan Bangka, Kemang, Jakarta Selatan.

Selama enam tahun ini, Brodo masih eksis di kalangan pecinta fashion, khususnya produk sepatu. Bahkan, beberapa orang sempat mengira Brodo merupakan merek sepatu asal luar negeri, bukan garapan orang Indonesia. Bagaimana kisah dua anak muda tersebut menjadikan Brodo sebagai merek sepatu yang dikenal dan dipercaya konsumennya?

Dilansir dari Smart-money.co, awalnya Yukka dan Putera memilih jalur online untuk memasarkan produknya. Sebab, mereka menganggap cara ini paling mudah, murah, bahkan gratis.

“Buat kami, di awal ketika tidak punya modal, internet atau memasarkan produk secara online adalah cara pemasaran paling efektif dan murah yang bisa menjangkau pasar yang luas,” tutur Yukka kepada Smart-money.co.

Strategi pemasaran lain yang mereka lakukan adalah dengan meng-endorse artis. Selain itu, Yukka rajin mengirim produk ke teman-temannya yang berada di luar negeri untuk mereka kenakan dan akhirnya menghasilkan foto-foto menarik untuk dipajang di media sosial. Ini juga merupakan cara jitu untuk menunjang pemasaran. Sejak inilah, kata Yukka, Brodo dikira merek luar. 

Yukka mengaku, Brodo tak pernah punya satu strategi khusus di dunia digital yang digunakan sejak awal pendirian sampai sekarang. Siklus pemasarannya melalui Facebook Page dan Blackberry Messenger (BBM), lalu ganti lewat media sosial, sampai akhirnya pemasaran dilakukan melalui situs sendiri.

“Ketika sudah memiliki situs, kami menggunakan iklan berbayar yang disediakan Google. Kami ikuti tren saja untuk masalah ini,” kata Yukka.

Salah satu tantangan Brodo dalam berjualan secara online adalah membangun kepercayaan pelanggan. Sebab, saat itu Brodo termasuk merek baru yang tidak terlalu dikenal sebelumnya.

Menjawab tantangan itu, Brodo menerapkan kebijakan penukaran barang bila ada pembeli yang tidak puas dengan produk.

“Semua ongkos kirim pasti kami ganti. Ini kemudian jadi tantangan besar bagi tim produk untuk membuat barang sebagus mungkin agar tidak banyak pelanggan yang mengembalikan barang,” tutur Yukka.

Sumber: Smart-money.co

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com