Advertorial

Mulai Karier sebagai Pegawai, Kini Hindarto Jadi Pengusaha Sukses

Kompas.com - 21/07/2017, 12:00 WIB

Hindarto Suhardjo sekarang memang dikenal sebagai pengusaha yang sukses dari bisnis mengolah alumunium. Namun ia mengaku bahwa sebelumnya ia tidak pernah berpikir bisa menjadi pengusaha sukses.

Pada tahap awal, lelaki lulusan strata 1 ini memilih menjalani kariernya sebagai karyawan di sebuah perusahaan migas. Hindarto terpaksa meninggalkan pekerjaan tersebut karena kerap berbeda pandangan dengan atasannya.

"Saya itu orangnya cepat dalam berpikir dan penuh dengan kreasi. Karena itu, saya memilih membuka usaha sendiri. Apalagi, saya juga tidak suka dengan rutinitas," paparnya.

Bermodalkan pengalaman sebagai karyawan, ia memberanikan diri memulai bisnis. Awalnya bisnis yang digeluti Hendarto adalah kontraktor migas yang bekerja garasi rumah miliknya.

"Saya mengerjakan proyek tersebut bersama dengan tukang las dari kantor lama. Mereka bekerja paruh waktu dengan saya, bila sudah pulang dari tempat mereka bekerja," ungkapnya.

Hebatnya, hasil kerjaan yang dibuat perusahaan Hindarto ini memiliki kualitas yang bagus. Hindarto pun mulai kebanjiran proyek migas baru.

Pekerjaan las tersebut dijalani Hindarto di garasi rumah selama delapan bulan. Dari hasilnya ia bisa membeli tanah di Cibitung. Menurutnya kesuksesan menjalankan bisnis migas diraih karena ia tidak pernah merasa terpaksa dalam menjalani usaha, walau hanya berada di garasi rumah.

"Bekerja itu tidak boleh terpaksa, sehingga bekerjalah di tempat yang kita sukai. Kantor itu merupakan rumah kedua bagi kita, sehingga kita harus merasakan aman, nyaman, dan enjoy," katanya.

Oleh sebab itu, Hindarto juga tidak pernah memaksakan kedua anaknya untuk melanjutkan bisnis yang dibangun olehnya. Karena, Hindarto harus memberikan kebebasan dan kenyamanan bagi anak-anaknya dalam berkarya.

Hindarto juga tidak pernah serakah terhadap uang. Ia sering membagikan keuntungan yang diraihnya kepada karyawan. Bahkan, ada beberapa karyawan yang diberikan saham perusahaan olehnya.

Tujuannya tentu saja agar mereka merasa memiliki perusahaan. Dengan begitu kinerja yang ditunjukkan akan lebih optimal dan maksimal.

"Karyawan itu aset perusahaan. Aset itu bukan uang karena saat butuh uang kita bisa datang ke bank. Namun, tidak ada yang menyediakan karyawan saat kita membutuhkan segera," papar dia.

Ajukan ISO

Sukses dengan karyanya, Hindarto pun mulai mengajukan ISO pada tahun 1992. Tujuannya, agar perseroannya bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing. Padahal, pada tahun itu ISO belum dikenal oleh perusahaan di Indonesia.  

Hindarto kini telah memiliki banyak perusahaan. Saat ini, ia telah memiliki 21 perusahaan yang bergerak di bidang migas. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki kantor di sembilan negara, antara lain Tiongkok, Malaysia, Australia, Brunei Darussalam, Thailand, Oman, dan Afrika dengan karyawan yang didatangkan dari Indonesia.

Tak hanya itu, Hindarto juga memiliki 9 perusahaan yang bergerak di bisnis alumunium dengan total karyawan sebanyak 500-600 orang. Kantor pemasaran bisnis alumunium ini tersebar di berbagai daerah di Indonesia.   

Kenal BCA

Hindarto mengaku telah menjadi nasabah PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sejak 1980-1981. Menurut Hindarto, ia banyak belajar dan terinspirasi dari BCA dan Toyota dalam mengembangkan bisnis, khususnya dalam memberikan pelayanan kepada nasabah.

"BCA itu memudahkan saya dalam menjalani bisnis. Infrastruktur BCA juga sangat lengkap, salah satunya ATM-nya tersebar di banyak tempat di Indonesia. Hal ini sangat memudahkan dalam melakukan transaksi," tutupnya.

Sumber: Website BCA Prioritas

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com