Advertorial

Pahami Terapi Sel Imun untuk Bunuh Kanker

Kompas.com - 26/07/2017, 08:00 WIB

Dalam keadaan sehat, tubuh manusia akan memproduksi 6.000-10.000 sel kanker setiap harinya. Sel imun dapat menelan mereka dan mempertahankan tubuh agar tetap sehat, tetapi saat jumlah sel imun tidak mencukupi, kemampuan tubuh untuk menelan sel-sel kanker akan berkurang. Akibatnya, sel kanker akan berkumpul dan menyerang sel-sel tubuh, membentuk lesi dan akhirnya berkembang menjadi kanker.

Pada Oktober 2011, ilmuwan asal Perancis, Ralph Steinman menemukan sel dendritik (DC, jenis sel imun) dan mendapatkan penghargaan nobel di bidang kedokteran. Pada saat yang sama, mereka berhasil menggunakan terapi sel dendritik kepada pasien kanker pankreas stadium 4 untuk memperpanjang hidup mereka yang awalnya <1 tahun hingga mencapai 4,5 tahun. Keajaiban ilmiah ini membuat banyak ahli medis menggunakan Terapi Sel Imun dalam pengobatan kanker.

Teknologi Terapi Sel Imun adalah metode pengobatan yang memisahkan sel mononuklear dari darah perifer pasien, diaktifkan dan dikembangbiakkan di luar tubuh, setelah itu dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien, sel-sel ini dapat secara langsung membunuh tumor atau sel yang terinfeksi virus, atau mengatur dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Saat ini, Terapi Sel Imun yang diakui oleh dunia biomedis antara lain terapi membunuh sel dengan induksi sitokin (Terapi CIK), Terapi Sel Dendritik (Terapi DC) dan berbagai jenis lainnya. 

Di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, teknologi Terapi Sel Imun meliputi Terapi Imunisasi Biologi, Terapi Kombinasi Sel Imun Bertarget, Terapi Sel Bertarget ACTL dan berbagai teknologi pengobatan lainnya. Dasar terapi sel pada jenis-jenis teknologi pengobatan ini terus diperbaiki dan diperbaharui, dengan kelebihan antara lain memiliki kekuatan yang tahan lama, anti tumor, tingkat keamanan yang tinggi, indikasi yang luas dan lain-lain, menjadi harapan pengobatan bagi banyak pasien kanker.

Berdasarkan data statistik di Indonesia, Singapura, Filipina dan berbagai negara Asia Tenggara lainnya, pengobatan kanker di China merupakan pilihan pengobatan pertama bagi banyak pasien kanker. Seorang pasien kanker paru asal indonesia, Elang mengatakan bahwa ia mengetahui St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou secara kebetulan dan pada akhirnya memutuskan untuk melakukan pengobatan di China, “Demi menjaga keutuhan tubuh, saya menolak saran operasi dari dokter lokal. Di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, saya menjalani Terapi Sel Imun, Intervensi dan Cryosurgery, metode-metode ini memiliki kelebihan antara lain minim luka, minim efek samping dan pemulihan yang cepat. Sekarang sel-sel kanker yang menyebar telah hilang dan tubuh saya semakin membaik.”

Ahli Onkologi St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou mengatakan bahwa semakin banyak pasien kanker yang memilih untuk menjalani pengobatan di China. Selain memiliki teknologi minimal invasif yang canggih dan program perawatan individual, seperti Terapi Sel Imun, Intervensi, Cryosurgery dan berbagai teknologi lain yang dapat diterapkan secara luas, serta memiliki hasil pengobatan yang efektif pada pasien kanker stadium lanjut dan usia lanjut.

Apakah Anda atau kerabat ada yang menderita kanker dan sedang mencari pengobatan medis tanpa operasi dan kemoterapi? Konsultasikan keluhan Anda di sini atau call center kami +62812 978 978 59.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com