Advertorial

Sudah Siap Jadi Masyarakat Tanpa Uang Tunai? (Bagian 1)

Kompas.com - 26/07/2017, 09:15 WIB

Seberapa sering Anda bertransaksi non-tunai? Saat ini, semakin banyak orang yang melakukan aktivitas bayar-membayar dengan uang elektronik. Habis makan di restoran, gesek kartu debit atau kredit. Beli pulsa ponsel, tinggal bayar lewat aplikasi mobile banking. Bahkan, bayar ongkos ojek online pun bisa dilakukan secara non-tunai, dengan saldo yang ada di aplikasi.

Dilansir dari Smart-money.co, masyarakat Amerika Serikat semakin terbiasa melakukan transaksi non-tunai, termasuk untuk transaksi “recehan”, seperti bayar parkir, uang tol, sampai beli kue di pinggir jalan. Jurnalis senior AS David Wolman mengatakan, uang kartal merepotkan aktivitas harian dan mahal.

“Transaksi tunai itu mahal untuk memindahkannya, menyimpannya, mengamankannya, mengawasinya, memproduksinya, merancangnya, dan mahal untuk dibawa ke mana-mana. Selain itu, uang kartal penuh kuman dan berisiko salah hitung,” kata Wolman seperti dikutip cbsnews.

Sementara, uang digital atau elektronik tidak demikian. Jenis uang ini dinilai lebih praktis, aman, dan nyaman. Sebab, pengguna cukup membawa selembar kartu plastik yang bisa diselipkan di dompet. Dengan kartu ini, transaksi jadi lebih cepat dan akurat, plus tercatat secara otomatis.

Bukan hanya praktis digunakan, uang elektronik juga berdampak pada perputaran ekonomi dalam skala makro. Smart-money.co menyebutkan, Direktur Eksekutif Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Rosmaya Hadi sempat mengatakan, kecepatan proses transaksi non-tunai sangat berpengaruh pada perputaran ekonomi suatu negara.

Senada, Gubernur BI Agus Martowardojo juga menyebut transaksi non-tunai membuat ekonomi lebih efisien. Pengelolaan keuangan pemerintah pusat, daerah, maupun dunia usaha bisa berlangsung transparan dan akuntabel.

Tingginya tingkat transaksi non-tunai pun disebut sebagai salah satu indikator negara maju. Maka, sejak tahun 2010, BI mencanangkan program transaksi tanpa uang tunai. Harapannya, terbentuk masyarakat tanpa uang tunai atau cashless society.

BI mengajak masyarakat melakukan transaksi elektronik menggunakan kartu kredit, debit, internet, atau layanan transaksi dengan ponsel. Menurut Agus, transaksi elektronik akan mengurangi beban bank sentral dalam mencetak uang dan mengendalikan peredaran uang tunai di masyarakat.

Salah satu caranya dengan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang lahir pada tahun 2014. Misinya, GNNT meningkatkan kesadaran masyarakat, pelaku bisnis, dan lembaga-lembaga pemerintah untuk menggunakan sarana pembayaran non-tunai dalam transaksi keuangan agar mudah, aman, dan efisien.

Sumber: Smart-money.co

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com