Advertorial

Sekolah Ini Tanamkan Budaya Malu Kepada Siswanya Jika Tak Membaca Buku

Kompas.com - 03/08/2017, 09:56 WIB

MANADO, KOMPAS.COM – Di salah satu sudut Kota Manado terdapat sebuah sekolah di mana para siswanya ditanamkan rasa malu jika tak membaca buku sehari saja. Rasa malu yang terbilang tidak biasa di kalangan masyarakat pada umumnya. Tapi begitulah nilai yang ditanamkan oleh Yuke Alangkas, Kepala Sekolah SDN 48 Manado beserta para guru di sekolah tersebut.

Perpustakaan di SDN 48 Manado terbilang kecil dan kondisinya tidak begitu layak. Namun, Yuke bersama rekan-rekan guru lainnya mensiasati keterbatasan yang ada dengan menyediakan pojok bacaan di setiap kelas.

Sang kepala sekolah juga menggiatkan tradisi membaca 15 menit di setiap pagi hari sekolah. Bagi Yuke, kegiatan membaca yang dilakukan oleh anak-anak harus menjadi kegiatan yang menyenangkan ketimbang membosankan.

“Itu jadi motivasi mereka, 'saya harus bisa membaca, kalau saya tidak membaca saya malu, saya juga malu kalau tidak bisa membaca’,” ujar Yuke saat ditemui di ruangannya, Senin (24/7) siang.

Nilai itu ditujukan agar para murid mencintai buku bacaan, bukan hanya membaca  buku untuk keperluan mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah). Yuke berharap dengan cara seperti itu, wawasan para murid bisa berkembang secara mandiri.
 
Kegiatan membaca 15 menit di kelas menjadi sebuah jawaban ketika perpustakaan yang mereka miliki terbilang tidak layak baik dari segi sarana hingga daya tampung yang hanya bisa memuat 10-15 siswa.

“Jadi kita mensiasati, yang dibaca tentunya buku cerita anak, tentang budaya, cerita rakyat, karena kalau soal buku materi kan sudah diajar oleh guru. Programnya sudah kita mulai tahun lalu,” ungkap Yuke.

Salah satu pojok bacaan di sebuah kelas SDN 48 Manado. Para siswa setiap harinya mengikuti kegiatan membaca 15 menit di pagi hari. Mereka juga diberi kebebasan untuk membaca buku di luar jadwal kegiatan- Salah satu pojok bacaan di sebuah kelas SDN 48 Manado. Para siswa setiap harinya mengikuti kegiatan membaca 15 menit di pagi hari. Mereka juga diberi kebebasan untuk membaca buku di luar jadwal kegiatan
 

Guru dinilai memegang peranan penting dalam menciptakan suasana nyaman bagi para murid ketika membaca hingga belajar di kelas.

Selain mempertajam kemampuan di bidang akademik, para murid juga dipacu berkompetisi dalam bidang non-akademik seperti olahraga. Menurut Yuke, kondisi rute ke sekolah yang harus dilalui, tanjakan dan turunan menjadi keuntungan tersendiri bagi kondisi fisik para murid.

“Memang keunggulan anak-anak di bidang olahraga, baru-baru ini juara 1 bulu tangkis dan atletik. secara fisik mereka kuat. Ini potensi yang kita pacu, kita melihat potensi yang tidak dimiliki sekolah lain,” ujarnya.

Menurut Yuke, keterbatasan pekerjaan para orang tua yang mayoritas bekerja sebagai buruh dan petugas kebersihan tidak menyurutkan semangat para siswanya untuk menuai prestasi di sekolah.

“Mereka pernah berhasil memenangkan 15 medali emas dalam berbagai lomba, pernah sampai ke tingkat propinsi. Kalau misal sekolah terima hadiah insentif (uang) kita panggil orang tua murid, kita langsung kasihkan sebagai bentuk apresiasi kita,” jelasnya.

Selain di bidang olahraga, Yuke juga giat mendorong para muridnya bergerak dalam kesenian dan cinta lingkungan. Menurutnya, kesenian merupakan jalur menanamkan rasa cinta tanah air sejak dini. Sementara itu, di bidang lingkungan, Yuke ingin para siswanya memiliki kepedulian dalam menjaga lingkungan sekitar.

“Kita latih mereka juga untuk cinta lingkungan, mereka kita ikutkan orientasi lingkungan seperti ke hutan, tentunya kerjasama dengan beberapa pihak seperti kelompok pecinta lingkungan,” ujarnya.

Yuke juga menuturkan para doktor bidang lingkungan dari perguruan tinggi banyak yang ikut turun tangan membantu mengajar para siswa untuk cinta lingkungan, seperti mempelajari cara pengelolaan sampah dan sebagainya.

“Sekolah kita memang letaknya di ujung, di sudut kota Manado, tapi bukan berarti kita terus harus merasa tersudutkan,” tutup Yuke.

Yuke tidak menyangka jika pihaknya menerima bantuan buku-buku bacaan dari BCA. Menurutnya, program ini semakin memperkuat semangat pihak sekolah dalam menanamkan cinta buku bagi para siswa.

"Ini kado terindah untuk SDN 48, saya sampaikan ke rekan-rekan guru di sini, ini menjadi bagian penting bersejarah bagi sekolah kita.Terus terang saya heran dan kaget BCA ada program berbagi buku ternyata. Kalau bisa BCA ke depannya bisa memperbanyak bantuan bukunya," ujar Yuke.

Menjawab animo masyarakat yang tinggi, gerakan berbagi #BukuUntukIndonesia akan berlanjut hingga akhir tahun 2017. Kunjungi laman www.bukuuntukindonesia.com untuk berpartisipasi dalam gerakan ini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com