Advertorial

Merajut Literasi di Tengah Keterbatasan Buku dan Ancaman Banjir

Kompas.com - 03/08/2017, 17:46 WIB

MANADO, KOMPAS.COM – Lapangan Sekolah Dasar Negeri 47 Kota Manado nampak becek dan berlumpur. Anak-anak sedang menikmati waktu bermainnya di jam istirahat dengan berlarian saling mengejar satu sama lain. Lapangan becek yang sewaktu-waktu bisa membuat anak-anak terjatuh tidak menyurutkan semangat mereka untuk bermain.

“Hei, hati-hati larinya itu, becek!” teriak seorang pria dengan logat khasnya. Pria itu bernama John Locke Manginsoa yang menjabat sebagai Kepala Sekolah SDN 47 Manado.

Menurut John, sekolahnya selalu berada dalam ancaman ketika musim hujan tiba. Pasalnya, hujan yang deras bisa menimbulkan genangan air setinggi paha orang dewasa di setiap ruangan kelas.

“Meja kursi terpaksa kita angkat dan sekolah diliburkan karena kelas kemasukan air semua,” ujarnya saat ditemui di ruangan kerjanya, Senin (24/7/2017) siang.

Situasi itu membuat para murid kelas 3-6 dengan sukarela membantu para gurunya untuk membersihkan setiap sudut sekolah dari sisa-sisa genangan air dan lumpur setelah banjir surut. Menurut John, lapangan sekolah yang becek akan menghilangkan semangat anak-anak dalam bermain maupun belajar di kelas.

John juga menuturkan, bahwa salah satu hal yang paling mengkhawatirkan adalah rusaknya buku-buku bacaan di rak perpustakaan. Pihaknya pernah mengalami kerusakan buku dalam jumlah yang banyak. Jejak buku-buku yang lapuk karena terkena genangan air masih terlihat jelas ketika mencoba membuka halaman beberapa buku di perpustakaan.

“Sekarang, buku-buku kita simpan di rak atas aja, yang rak bawah kita kosongkan karena buku rawan kena air banjir. Pernah waktu banjir besar itu malam datangnya, kami guru-guru udah panik kepikiran aja ‘aduh gimana ini besok’,” tuturnya.

Potret Perpustakaan SDN 47 Manado (24/7) memanfaatkan ruang serbaguna untuk menyimpan koleksi buku bacaan bagi para siswa. Namun seiring perkembangan waktu, sebagian besar buku disimpan di pojok bacaan kelas agar tidak terancam dengan genangan air banjir.- Potret Perpustakaan SDN 47 Manado (24/7) memanfaatkan ruang serbaguna untuk menyimpan koleksi buku bacaan bagi para siswa. Namun seiring perkembangan waktu, sebagian besar buku disimpan di pojok bacaan kelas agar tidak terancam dengan genangan air banjir.
 

Meskipun jumlah buku terbatas dan ancaman banjir selalu menghantui, semangat para guru dan murid untuk tetap membaca tidak lantas menyurut. John memutuskan sebagian besar buku yang ada diletakan di sudut-sudut kelas sebagai pojok bacaan.

“Buku-buku yang ada kita bawa di kelas agar mereka juga tidak berdesakan. Mereka juga bisa baca di luar kelas, 15 menit setiap pagi hari,” ungkap John.

Para murid juga bisa menikmati pojok bacaan di luar jadwal kegiatan membaca 15 menit. Bagi John, langkah ini menjadi upaya mensiasati ancaman banjir serta menanamkan semangat membaca bagi anak-anak meskipun jumlah buku yang ada terbatas.

John juga mengakui bahwa meminta bantuan buku-buku baru untuk mengganti buku-buku rusak dari pihak pemerintah memakan waktu yang cukup lama. Hal itu diakibatkan oleh proses birokrasi yang panjang.

“Ketika rusak tidak langsung diganti, panjang proses birokrasinya. Selain itu, enggak satu sekolah itu-itu aja yang dapat, harus gantian,” katanya.

John menyebutkan 30 persen orang tua siswa SDN 48 berprofesi sebagai petugas kebersihan di tempat pembuangan akhir sampah yang tidak jauh jaraknya dari sekolah. Ia selalu menanamkan rasa bangga terhadap muridnya agar tidak merasa minder.

“Saya enggak akan pernah bilang ‘siapa papanya’ pemulung?' tapi ‘siapa papanya petugas kebersihan?’ mereka akan angkat tangan dengan bangga. Pekerjaan itu mulia, tanpa mereka Manado tidak akan menjadi kota bersih dan dapat Adipura,” jelasnya.

Kepala Sekolah SDN 47 Manado, John Locke Manginsoa (kanan) bersama salah satu siswi berprestasinya, Feybi Veronica (kiri). Feybi merupakan salah satu siswi yang menyuarakan pentingnya mengembangkan budaya membaca melalui pidato perlombaan di tingkat kecamatan.- Kepala Sekolah SDN 47 Manado, John Locke Manginsoa (kanan) bersama salah satu siswi berprestasinya, Feybi Veronica (kiri). Feybi merupakan salah satu siswi yang menyuarakan pentingnya mengembangkan budaya membaca melalui pidato perlombaan di tingkat kecamatan.
 

Minimnya keterbatasan buku, juga tidak memadamkan semangat murid-murid untuk berprestasi. John menunjukkan berbagai kumpulan piala yang berhasil diperoleh para siswanya dalam beragam perlombaan seperti pidato, atletik, tenis meja hingga bercerita.

Ia merasa bersyukur ketika PT Bank Central Asia (BCA), Tbk memberikan bantuan buku-buku bacaan program berbagi #BukuUntukIndonesia.

“Ini jawaban dari Tuhan, kita bersyukur BCA menjawab doa kita. Itu menjadi bukti masih banyak masyarakat yang peduli dengan pendidikan. Saya harap BCA tetap berpartisipasi dalam pendidikan, sebab betapa pentingnya pendidikan suatu bangsa itu,” ungkapnya.

Gerakan berbagi #BukuUntukIndonesia merupakan gerakan literasi dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam program donasi buku yang nantinya akan dikonversikan menjadi buku-buku bacaan yang akan didistribusikan ke berbagai wilayah di Indonesia.

Menjawab animo masyarakat yang tinggi, gerakan berbagi #BukuUntukIndonesia akan berlanjut hingga akhir tahun 2017. Anda pun bisa ambil bagian dalam gerakan ini. Kunjungi laman www.bukuuntukindonesia.com. Klik tombol "berbagi". Kemudian, Anda akan diarahkan ke laman Blibli.com untuk memilih paket berbagi yang diinginkan. Dengan berbagi minimal Rp 100 ribu Anda sudah berpartisipasi untuk mewujudkan generasi penerus bangsa yang lebih baik.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com