Advertorial

Tinggi Pertumbuhan Laba Bukan Satu-satunya Tujuan Berbisnis

Kompas.com - 03/08/2017, 17:48 WIB

Saat kondisi perekonomian kurang baik, laba tidak lagi menjadi satu-satunya hal yang dituju dalam menjalankan bisnis. Dalam keadaan tersebut, pengusaha disarankan memilih menerapkan manajemen risiko yang baik agar bisnis tetap langgeng.

Dalam menghadapi kondisi seperti ini, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengambil langkah tertentu. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, perusahaan tetap bersikap prudent atau hati-hati dalam menjalankan bisnisnya, terutama dalam kondisi perekonomian yang kurang baik. "Dalam kondisi seperti ini, kami akan tetap selektif dalam menyalurkan kredit," papar dia.

Menurut Jahja, perusahaan tetap menerapkan manajemen risiko yang ketat. Dalam menyalurkan kreditnya, BCA tetap meminta jaminan yang lebih besar dibanding pinjaman yang diberikan. Selain itu, BCA juga memberikan pinjaman sesuai dengan kebutuhan para debitornya.

"Kami tidak mau jor-joran dalam menyalurkan kredit. Kami tidak mau menanggung risiko yang lebih besar dengan memberikan pinjaman yang lebih besar dibanding jaminan yang diberikan nasabah," papar dia.

Jahja menuturkan, manajemen risiko yang baik dapat menjaga keberlangsungan perusahaan di masa depan. "Analisa kredit tetap harus kami jalankan dengan baik. Karena setiap kredit yang dilepas memiliki risiko terhadap bisnis," ujar Jahja.

Langkah ini tidak banyak diikuti oleh perusahaan lain. Menurut Jahja, masih banyak perusahaan di Indonesia yang mengabaikan manajemen risiko agar bisnisnya tetap tumbuh meski perekonomian melandai.

Contohnya, ketika perusahaan menyalurkan kredit kepada, usaha kecil dan menengah (UKM). Jahja mengatakan, kini banyak perusahaan yang memberi bunga lebih murah dan jumlah pinjaman yang besar dibanding jaminan kreditnya. Hal seperti ini akan sangat berisiko bagi bisnis perbankan.

Lantaran tetap prudent, penyaluran kredit komersial dan UKM hanya tumbuh 1,2 persen (year on year/YoY) menjadi Rp 148,3 triliun. Pertumbuhan kredit ini lebih rendah dibanding kenaikan kredit korporasi yang mencapai 18,7 persen (YoY) menjadi Rp 160,7 triliun dan kredit konsumer yang naik 18,4 persen (YoY) menjadi Rp 124,5 triliun.

Meski tumbuh lebih sedikit, rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) kredit komersial dan UKM tetap terjaga di kisaran 2 persen. Sedangkan kredit korporasi dan konsumer terjaga masing-masing di level 1 persen.

Sumber: Website BCA Prioritas

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com