kabar mpr

Zulkifli Hasan Berharap IARMI Bisa Jadi Pelopor Pemersatu Bangsa

Kompas.com - 11/08/2017, 17:58 WIB

MPR RI kembali melaksanakan kegiatan sosialisasi empat pilar MPR RI pada Jumat (11/8/2017) guna meningkatkan wawasan kebangsaan dan kenegaraan. Kali ini, sosialisasi mengambil tempat di Gedung BPSDM Provinsi NTB, Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kegiatan diselenggarakan bersamaan dengan acara bertajuk Pelantikan DPP Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) NTB Periode 2016-2020. Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, yang juga merupakan Ketua Umum IARMI, mengimbau kepada seluruh anggota dan pengurus IARMI NTB agar menjadi teladan, pelopor, dan agen perubahan untuk menjaga persatuan Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, Zulkifli menegaskan bahwa seharusnya perdebatan seputar definisi Pancasila seharusnya tidak boleh berlarut-larut, apalagi jika sampai menimbulkan konflik lebih besar. Oleh karena itu, ia berharap bahwa semua kegiatan diskusi dan semacamnya bisa lebih fokus membahas strategi untuk memajukan Indonesia yang dirasa masih tertinggal dari negara lainnya.

Selain itu, Zulkifli menerangkan, ada tiga syarat penting dalam upaya memajukan bangsa. Syarat pertama adalah menguasai ilmu pengetahuan maupun teknologi. Kedua adalah memiliki rasa saling percaya, sedangkan yang ketiga adalah memahami serta menerapkan nilai-nilai moral.

"Suatu bangsa akan menjadi bangsa yang maju dan besar, bahkan mampu menaklukan dunia apabila memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, rasa saling percaya, dan juga nilai-nilai,” kata Zulkifli.

Menurut Zulkifli, hal itu jauh lebih bermanfaat ketimbang meributkan perbedaan antar golongan atau umat beragama yang hanya akan berujung pada konflik. Perlu diingat, bahwa upaya memajukan bangsa dan negara juga membutuhkan pemikiran lebih terbuka serta rasa toleransi tinggi.

"Jangan kita semua apa-apa dinilai pakai uang. Mari kembali kepada luhur-luhur keindonesiaan kita, dimana ilmu, rasa saling percaya, dan nilai-nilai menjadi hal yang sangat penting ketimbang meributkan perbedaan. Kalau sama dan beragam namanya bukan Indonesia," ujar Zulkifli. (KZ)

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com