Kilas

Apa yang Jadi Kekuatan Purwakarta?

Kompas.com - 14/08/2017, 18:19 WIB


PURWAKARTA, KOMPAS.com –
Luas teitorial kecil tak membuat Kabupaten Purwakarta berdiam diri. Sepuluh tahun belakang, salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat ini telah menjelma jadi sebuah pengembangan pusat kebudayaan Sunda dan berhasil jadi magnet wisatawan domestik maupun asing.

Rahasianya ada pada pembangunan berkarakter lokalistik yang berpadu dengan modernisasi. Salah satu ikon dengan pembangunan macam itu adalah Taman Air Mancur Menari Sri Baduga di kawasan Situ Buleud Purwakarta.

Seperti diketahui, kawasan itu dulu merupakan lokasi kumuh yang sering dikenal sebagai tempat para wanita pekerja seks komersial menunggu tamu. Setelah dibenahi dan menjadi tempat wisata, yang terkagum-kagum bukan hanya masyarakat setempat, melainkan juga Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.

Ciri kentalnya kebudayaan Sunda di Purwakarta sebenarnya bisa dilihat dari masyarakat setempat.  Mereka masih nyaman memakai baju pangsi dan iket Sunda dalam sebuah acara atau perhelatan besar.

Bahkan, kebudayaan Sunda zaman dulu pun masih bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya mulai dari kalangan tua, muda sampai anak-anak. Tengok saja budaya perelek atau mengumpulkan beras seikhlasnya dari para warga yang belum tentu masih lestari di desa yang lainnya.

Puti Guntur Soekarnoputripernah mengungkapkan apresiasinya pada budaya tersebut. Baginya, budaya beras perelek mengingatkannya pada salah satu cita-cita kakeknya dahulu, Soekarno, yaitu aplikasi dari makna dasar Negara Pancasila.

Di Purwakarta, nilai-nilai pancasila memang dipertahankan. Misalnya, sila pertama atau makna toleransi beragama diaplikasikan dalam kewajiban pelajar muslim membaca kitab kuning tiap Jumat. Bagi siswa beragama lain, wajib juga untuk membaca kitab masing-masing.

Selain itu, penerapan sila kedua, yakni program beras perelek tadi yang mengisyaratkan keadilan.Lalu, penerapan sila ketiga dengan melaksanakan arisan gotong royong di setiap desa.

Keempat, tema semarak panji demokrasi bisa dilihat melalui program keselarasan antara pemerintah eksekutif, legislatif dan masyarakat. Semua warga bisa melaporkan kondisinya langsung melalui panggilan atau pesan singkatpada kepala daerah secara langsung.

Terakhir sila kelima yang diaplikasikan dengan gebyar pentas sosial budaya nusantara melalui program pengobatan gratis bagi seluruh warga Purwakarta secara cuma-cuma di 11 rumah sakit, baik milik pemerintah daerah maupun yang menjadi rekanan.  

"Peringatan hari ulang tahun Purwakarta tahun ini pun digelar dalam bentuk karnaval bertema Pancasila tiap akhir pekan. Minggu pertama sudah ada karnaval toleransi beragama, kedua karnaval beras perelek, ketiga karnaval gotong royong, dan minggu depan karnaval bertema semarak panji demokrasi dan pentas sosial budaya Nusantara," jelas Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi di kantornya, Senin (14/8/2017).

Bagaimana pun perubahan Purwakarta tak lepas dari peran pemimpin bupatinya. Dedi mengaku mengubah Purwakarta adalah tantangan baginya. Ia bilang, peran masyarakat juga besar di dalamnya.

Melalui kekuatan budaya, warga dan pihak pemerintah daerah bekerja sama mewujudkan perubahan.

"Budaya merupakan sebuah identitas diri sebuah daerah. Kami sebagai orang Sunda, ya harus menerapkan budaya Sunda. Kami punya apalagi selain itu?" tambah Dedi. (KONTRIBUTOR PURWAKARTA/IRWAN NUGRAHA)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com