Advertorial

Perusahaan Rintisan Ini Buat Orang Afrika Melek Uang Elektronik

Kompas.com - 21/08/2017, 17:00 WIB

Perkembangan teknologi perbankan di negara-negara Afrika terbilang masing tertinggal dibanding negara lain. Salah satu faktornya, karena kebanyakan negara di sana tergolong negara berkembang.

Dilansir dari Smart-money.co, kajian International Monetary Funds (IMF) menyebut, pada tahun 2035 setengah masyarakat Afrika akan berusia setidaknya 30 tahun dan harus masuk dalam komunitas global. Artinya, mereka harus terbiasa menggunakan teknologi yang ada saat ini.

Namun kenyataannya, masyarakat Afrika yang memiliki kartu kredit hanya sekitar 3 persen dari total jumlah penduduk. Mereka juga tidak punya dompet elektronik maupun fitur transfer antarbank.

Kondisi seperti ini diperparah pula dengan mata uang lokal yang berbeda-beda di tiap negara. Terlebih lagi, tak ada satu pun platform pembayaran yang bisa digunakan di Afrika. Hal ini tentu mempersulit usaha Google, Netflix, Amazon ataupun Facebook menembus Afrika.

Masalah tersebut dicoba diselesaikan pria 26 tahun asal Nigeria, Iyinoluwa Aboyeji. Co-Founder aplikasi Flutterwave itu mendapat pendanaan 10 juta dollar AS dari investor asal Amerika Serikat (AS). Melalui aplikasi ini, masyarakat Nigeria jadi lebih mudah melakukan transaksi pembayaran dan perbankan di seluruh Afrika.

Tahun lalu, Aboyeji sudah banyak melakukan perjalanan. Kantor utamanya ada di San Francisco. Namun, dia juga memiliki kantor di Nigeria, Afrika Selatan. Saat ini, perusahaannya sudah memroses setidaknya 1,2 juta dollar untuk lebih dari 10 juta transaksi.

Flutterwave sudah menerima lebih dari 350 mata uang yang berasal dari lebih dari 30 negara Afrika. Mereka juga sudah bekerja sama dengan beberapa perbankan. Sebelumnya, Flutterwave pernah mendapat bimbingan dari Y Combinator.

Beberapa perusahaan rintisan yang akhirnya mendunia pernah mendapat pembiayaan dari lembaga itu. Flutterwave juga pernah mendapat arahan dari Social Capital dan Omidyar Network.

"Kami ingin menghubungkan Afrika dalam ekonomi digital. Perlahan tapi pasti kita akan bergabung dalam masyarakat ekonomi dunia," tutur dia.

Sumber: Smart-money.co

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com