Kilas

Hendrar Prihadi Ingatkan Kemerdekaan Indonesia Bukan Hadiah

Kompas.com - 27/08/2017, 20:56 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah menggelar tasyakuran atau resepsi Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 di halaman Balaikota Semarang, Sabtu (26/8/2017) malam.

Resepsi akhir pekan berlangsung amat meriah. Acara dihadiri para sesepuh, veteran, tokoh agama, tokoh masyarakat, ketua lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan (LPMK), perwakilan RT dan RW, serta instansi dinas dan instansi lainnya.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Wakil Wali Kota Hevearita G. Rahayu, Sekretaris Daerah Adi Tri Hananto, serta para muspida ikut hadir dalam perayaan tersebut. 

Menurut Wali Kota Hendrar Prihadi, Agustus merupakan bulan keramat bagi Bangsa Indonesia. Pada bulan tersebut, para pejuang kemerdekaan berhasil memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. 

Kemerdekaan bangsa yang lahir di bulan Agustus diraih bukan karena pemberian. Kemerdekaan Indonesia dicapai dengan perjuangan dan perlawanan.

"Tujuh puluh dua tahun lalu, pendiri dan pejuang bangsa memerdekakan bangsa ini. Kemerdekaan ini bukan weh-wehan(pemberian) semata, melainkan sebuah ridha dari Allah SWT," kata Hendrar, dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (27/8/2017).

Baca: Wali Kota Semarang Ajak Warganya Meriahkan HUT Kemerdekaan RI

Pada bulan Agustus, atau sebelum hari kemerdekaan, bom atom dijatuhkan Amerika di Hiroshima dan Nagasaki. Tak berselang lama, kemerdekaan Indonesia lahir.

"Padahal 350 tahun kita melawan Belanda dan 3,5 tahun kita melawan Jepang tidak pernah berhasil," tambahnya.

Proses kemerdekaan Indonesia, sambung Hendrar, dapat dijadikan pelajaran bersama, bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia. Sepanjang ada usaha keras, dan berdoa, Tuhan yang Maha Kuasa akan mengabulkan.

Gotong royong

Hendrar memuji solidaritas dan gotong royong dari warga Kota Semarang dalam mengisi kemerdekaan. Warga Semarang sepakat membangun sebuah kota yang baik dan bermartabat.

Mengangkat babad cerita sejarah Kota Semarang, Jawa Tengah, dalam bentuk mural semacam wayang beber telah digarap beramai-ramai oleh warga di Kampung Batik Tengah, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur. Agus Susu, warga setempat, Selasa (2/5/2017), berdiri di antara lukisan mural Adeging Kutha Semarang yang digarap sejak 17 Desember 2016 di bawah koordinasi pelukis Ign Luwi Yanto, warga setempat. KOMPAS/WINARTO HERUSANSONO Mengangkat babad cerita sejarah Kota Semarang, Jawa Tengah, dalam bentuk mural semacam wayang beber telah digarap beramai-ramai oleh warga di Kampung Batik Tengah, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur. Agus Susu, warga setempat, Selasa (2/5/2017), berdiri di antara lukisan mural Adeging Kutha Semarang yang digarap sejak 17 Desember 2016 di bawah koordinasi pelukis Ign Luwi Yanto, warga setempat.

Gotong royong warga terwujud misalnya dari penataan wilayah kumuh dan kampung tematik. Partisipasi warga dalam pembangunan kota adalah wujud perjuangan mengisi kemerdekaan.

"Saat ini, Kota Semarang sudah dalam track yang benar dibanding 4-5 tahun yang lalu, gotong royong masyarakat sudah berbeda. Saya berterima kasih karena partisipasi semacam ini dapat membuahkan hasil," ujarnya.

Baca: Kota Semarang Maju Pesat karena Gotong Royong Warganya

Oleh karena itu, warga tetap diminta untuk tetap bersama-sama membangun kota dengan tidak mempermasalahkan perbedaan dan kelemahan. Warga diminta untuk tetap kompak menujukkan kekuatan dan kelebihan.Dengan begitu, pembangunan kota akan berjalan lebih baik lagi.

"Saat ini banyak kampung yang penampilannya berubah. Itu buah dari partisipasi warga setempat," ujarnya.

Kegiatan resepsi HUT RI tingkat Kota Semarang dihibur oleh Band Senopati dan tari kolosal. Di akhir acara, Hendrar ikut memeriahkan HUT RI dengan bernyanyi bersama Andre Hehanusa. Keduanya beduet menyanyikan lagu When I See You Smile milik grup musik Bad English. (KONTRIBUTOR SEMARANG/ NAZAR NURDIN)

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau