Advertorial

Ini Pertimbangan untuk Anda yang Ingin Beli Produk Unitlink

Kompas.com - 29/08/2017, 19:00 WIB

Masyarakat modern sangat menyukai segala sesuatu yang praktis dan bersifat 2 in 1 alias memiliki manfaat ganda. Hal ini jugalah yang mungkin melatar belakangi populernya produk asuransi unitlink.

Produk ini memang menarik karena memiliki karakteristik yang kurang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat masa kini.

Selain dapat memberi proteksi terhadap risiko, produk asuransi ini juga bisa berfungsi sebagai investasi meski imbal hasilnya juga terbatas. Pembayaran setoran dari nasabah yang memiliki produk ini akan dialokasikan pada dua pos, yaitu premi asuransi dan investasi.

Meski demikian, masih banyak pertanyaan dari mereka yang berencana membeli produk ini terkait dengan tepat atau tidaknya unitlink untuk dipilih.

Perencana keuangan Freddy Pieloor menjelaskan unitlink merupakan produk yang bermanfaat, namun tidak bisa memberi pertanggungan sebesar asuransi murni. Hasil investasi unitlink juga tidak akan sebesar produk investasi murni. Artinya, nasabah harus mengeluarkan uang dua kali lipat lebih mahal dibanding membeli produk asuransi murni.

“Banyak perusahaan asuransi jiwa mengenakan biaya administrasi bulanan yang lumayan besar ketika mereka membeli unitlink,” beber Freddy seperti dikutip Kontan. Instrumen investasi dalam produk unitlink, sebagian besar merupakan reksa dana kelolaan manajer investasi (MI).

Saat perusahaan asuransi memindahkan dana ke MI, ada biaya pengelolaan yang dibebankan pada nasabah unitlink. Bukan hanya itu saja, perusahaan asuransi juga biasanya mengutip biaya manajemen ke nasabah.

Nasabah unitlink dibebani dua biaya manajemen. Saat ingin menambah dana investasi nasabah juga akan dikenakan biaya sampai 5 persen dari nilai tersebut. Biaya yang tinggi ini membuat dana investasi tak bisa tumbuh maksimal.

Oleh karena itu imbal hasil produk unitlink tidak optimal karena dana nasabah dipakai untuk biaya komisi agen sebesar 30 hingga 40 persen dan operasional lainnya. Dalam dua tahun pertama, dana yang ditempatkan di produk unitlink seringkali tidak tumbuh.

Bahkan, dalam lima tahun, ada potensi dana nasabah tergerus hingga 25 persen. Lalu, bagaimana bila sudah terlanjur membeli produk unitlink?

Freddy menyarankan, untuk produk yang berusia setahun sampai tiga tahun, sebaiknya ditutup saja. Sebab, biaya akuisisi atau top up masih besar. Padahal, dana nasabah belum berkembang sama sekali.

Bila dana di produk unitlink sudah mengendap selama lima tahun, Freddy menawarkan beberapa pilihan. Pertama, diamkan saja unitlink itu. Atau, kamu bisa melakukan penghitungan ulang.

Bila belum cukup untuk membayar biaya proteksi asuransi, tambah premi agar dana tidak tergerus. Bila butuh premi yang lebih besar dari hasil pengembangan, pertimbangkan penurunan angka uang pertanggungan (UP).

Memang, manfaat asuransi berkurang, namun ini harus dilakukan agar hasil pembiakan dana tetap mencukupi untuk membayar premi. Kamu juga bisa menarik semua dana dari produk unitlink.

Selanjutnya, kamu bisa membeli produk asuransi yang murni proteksi. Sisihkan juga dana untuk investasi sesuai tujuan keuangan. Perencana Keuangan Finansia Consulting, Eko Endarto,  menambahkan, unitlink memang bukan investasi murni.

“Investasi merupakan manfaat sampingan dan proteksi merupakan manfaat utama,” tegas Eko. Nasabah harus pandai melakukan evaluasi produk unitlink dalam lima tahun.

Pada tahun kelima, hampir semua premi masuk ke instrumen investasi. Demikian, Eko menyebutkan, imbal hasil menjadi optimal. Setelah itu, nasabah bisa mengambil imbal hasil selama lima tahun untuk dipindahkan ke instrumen investasi lain.

Bila menarik semua dana, nasabah bisa membeli instrumen investasi lain. Namun, risikonya, nasabah kehilangan manfaat perlindungan yang berguna ketika sakit bahkan meninggal.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com