Advertorial

Perusahaan Rintisan Lokal Terus Dilirik Asing

Kompas.com - 30/08/2017, 19:00 WIB

Perusahaan rintisan (startup) lokal bukan hanya mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat saja atas inovasinya, tetapi juga menjadi perhatian para investor bahkan pada level dunia. Di tingkat Asia, bisnis dan keberadaan perusahaan rintisan lokal pun makin menjadi perhatian sehingga makin mudah mendapat pendanaan.

Informasi terbaru yang sedang hangat-hangatnya datang dari Tokopedia yang mengumumkan mendapat pendanaan senilai 1 miliar dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp 14 triliun dari raksasa e-dagang Tiongkok, Alibaba. Dengan ini, pendiri Tokopedia William Tanuwijaya dan Leontinus Aplha Edison menyebutkan bahwa pendanaan ini juga menepis kabar rencana akuisisi yang beredar selama ini.

Melalui pendanaan baru tersebut, William menyebut pihaknya akan menggunakan dana tersebut untuk membangun pusat riset terbesar di Indonesia dan terbaik di Asia Tenggara.

"Kami akan bekerja sama dengan seluruh mitra kami, perbankan, logistik, pemerintah daerah, pemerintah pusat untuk inovasi baru," sebut William.

Masuknya Alibaba, kata William, membawa Tokopedia pada babak baru.

"Inovasi menjadi hal penting agar penduduk Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, bisa merasakan pemerataan ekonomi," katanya.

Sebagai informasi, masuknya Alibaba bukanlah hal pertama. Di tahun ini juga, Alibaba menyuntik 1 miliar dollar Amerika Serikat ke Lazada. Dengan suntikan dana tersebut, Alibaba pun menjadi pemegang saham mayoritas Lazada sebesar 83 persen. Namun di Tokopedia, William menyebut bahwa Alibaba akan masuk sebagai pemegang saham minoritas. Alibaba bukan satu-satunya investor Tiongkok yang agresif masuk ke perusahaan rintisan Indonesia.

JD.ID dan Tencent juga merupakan investor yang rajin menyuntikkan dana. Tencent Holdings Ltd dikabarkan sudah menginvestasikan 100-150 juta dollar Amerika Serikat ke Gojek. Softbank Group dari Jepang juga masuk ke Grab beberapa waktu lalu.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara meminta semua pihak untuk tidak sensitif dengan kehadiran asing di bisnis toko daring Tanah Air. Apalagi secara aturan, bisnis ini juga menjadi salah satu yang terbuka terhadap investasi asing.

"Kalau tutup lagi membuat kita justru jadi kerdil. Dulu sebelum DNI (Daftar Negatif Investasi) dibuka, transaksinya dilakukan di luar. Walau tidak boleh di dalam negeri, diam-diam mereka (transaksi) di luar. Akibatnya, pajak tidak masuk Indonesia. Dibuka (saja) yang penting pendirinya betul-betul Merah Putih,” kata Menkominfo.

Di Tiongkok, Alibaba juga gencar melakukan inovasi dan ekspansi bisnis. Mereka menginisiasi sebuah toko ritel tanpa penjaga. Menurut sebuah hasil survei, dompet digital Alipay juga menjadi salah satu produk paling banyak dipakai di negeri tirai bambu.

Hal itu membuat masyarakat Tiongkok merasa cukup nyaman bila bepergian cukup dengan membawa ponsel pintar saja tanpa uang tunai. Mereka bahkan merasa cukup memegang uang tunai kurang dari Rp 200 ribu seminggu.

BCA Senantiasa di Sisi Anda

Sumber: smart-money.co

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com