Advertorial

Berkat Budaya Membaca dalam Keluarga, Gadis 16 Tahun Ini Bisa Buat 37 Buku

Kompas.com - 05/09/2017, 11:30 WIB

Aktivitas membaca bagi masyarakat Indonesia mungkin sudah menjadi budaya. Akan tetapi, jenis bacaan yang dikonsumsi sayangnya belum berkualitas atau tidak memiliki dampak positif bagi kehidupan sehari-hari. Hal itu dapat dibuktikan dengan maraknya konten-konten gosip yang menjadi “menu utama” bagi masyarakat.

Padahal, jika Indonesia ingin mengganti label “negara berkembang” menjadi “negara maju”, kegiatan mengonsumsi bacaan yang berisi ilmu pengetahuan adalah syarat mutlak. Hanya dengan begitu, generasi penerus bangsa bisa bersaing secara global.

Secara historis, keberhasilan para tokoh-tokoh dunia tidak bisa lepas dari aktivitas membaca buku ilmu pengetahuan.  Thomas Alva Edison, Mahatma Gandhi, Albert Einstein, menjadi contoh konkret bagaimana budaya membaca telah membuat diri mereka menjadi besar dan dikenang oleh dunia. Sementara di dalam negeri, Soekarno, Hatta, dan Gusdur pun telah membuktikan bahwa kegemaran membaca membantu mereka dalam membuat perubahan di Indonesia.

Kisah inspiratif berkat aktivitas membaca pun datang dari Muthia Fadhila Khairunnisa. Remaja putri yang baru berusia 16 tahun ini telah mampu membuat buku sebanyak 37 buah. Bukunya yang berjudul Little Ballerina yang terdiri dari tiga seri, telah dicetak ulang sebanyak 14 kali.

Berkat karyanya tersebut, Muthia mendapatkan penghargaan pin emas Anugerah Kebudayaan 2016 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ia pun didapuk sebagai Dewan Etik perwakilan penulis muda. Tidak hanya itu saja, Muthia juga menjadi penulis naskah dan menjuarai beberapa perlombaan film pendek tingkat pelajar.

Prestasi yang dimiliki Muthia semakin komplet setelah dirinya terpilih sebagai perwakilan Asia Tenggara untuk mengikuti Simulasi Sidang PBB Harvard Model United Nations di Boston, Amerika Serikat tahun 2016.

Dibalik kesuksesannya, ada dua orang penting yang telah mengantarkannya hingga ke titik itu. Ibu dan ayahnya yang berprofesi sebagai penulis telah menjadikan membaca sebagai budaya dalam keluarga. Sedari kecil, Muthia selalu disediakan buku bacaan oleh mereka. Tak ayal, membaca dan menulis menjadi hiburan utama gadis tersebut.

“Saya bisa sampai pada titik ini berkat ayah dan ibu yang selalu menekankan pentingnya membaca buku. Karena sering membaca, saya perlu menuangkan hasil bacaan itu lewat tulisan. Jadi kedua aktivitas itu udah jadi kebiasaan, malah bisa dibilang hiburan sewaktu jenuh,” kata Muthia dalam acara Kick Andy, Rabu (25/8/17).

Muthia adalah contoh konkret bahwa generasi muda Indonesia mampu bersaing secara global jika mendapat asupan buku yang berkualitas. Oleh sebab itu, jika Anda ingin berkontribusi dalam menyadarkan pentingnya buku bagi pertumbuhan seorang anak, Anda bisa ikut serta dalam gerakan #BukuUntukIndonesia.

Dengan berkontribusi dalam gerakan itu, Anda telah menjadi bagian dari sebuah revolusi sosial demi mewujudkan generasi penerus bangsa yang lebih baik. Caranya, kunjungi tautan www.BukuUntukIndonesia.com, klik tombol "berbagi." Kemudian, Anda akan diarahkan ke laman Blibli.com untuk memilih paket berbagi yang diinginkan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com