Advertorial

Ini Kesalahan yang Harus Dihindari Kala Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak

Kompas.com - 06/09/2017, 09:02 WIB

Cicilan rumah atau mobil biasanya menjadi pengeluaran terbesar. Namun untuk Anda yang sudah berkeluarga, biasanya dana pensiun dan dana pendidikan anak juga menjadi pengeluaran yang tidak kecil. Apalagi biaya pendidikan tiap tahun naik signifikan.

Untuk itu tentunya Anda harus menyiapkan dana-dana tersebut dari jauh hari. Namun untuk dapat menyiapkan dana pendidikan anak, bukan berarti harus mengorbankan kebutuhan lain seperti dana pensiun, aset aktif, dana modal usaha dan lain-lain. Begitu juga sebaliknya.

Kesemua dana tersebut sebetulnya dapat dipersiapkan bersama-sama. Yang perlu Anda lakukan hanyalah menghindari kesalahan-kesalahan ini:

Tidak memulai sejak dini

Seperti dana pensiun, dana pendidikan termasuk tujuan finansial dengan jangka waktu tetap atau tidak dapat ditunda. Makin bertambah usia anak, makin berkurang waktu untuk mempersiapkan dana pendidikan.

Berinvestasi lebih awal akan memberi lebih banyak waktu agar uang Anda dapat bekerja dengan maksimal. Menabung di rekening biasa, tahapan berjangka, deposito, maupun instrumen investasi seperti reksa dana akan memiliki imbal hasil yang berbeda.

Menggunakan referensi masa lalu

Perencana keuangan dari QM Financial menyebutkan banyak orangtua yang menggunakan pengalaman pribadi sebagai referensi dalam mendidik anak. Terkait tujuan finansial, referensi ini bisa merugikan karena ada faktor inflasi.

Inflasi secara sederhana adalah kenaikan harga barang dan jasa, termasuk biaya pendidikan. Di Indonesia, angka inflasi terbilang cukup tinggi. Bila Anda tidak membandingkannya dengan kondisi saat ini, pastinya Anda tidak akan mendapatkan data aktual.

Bila itu terjadi, seringkali kebutuhan Anda akan lebih besar dibanding uang yang sudah ditabung atau investasikan.

Dalam menyiapkan dana pendidikan, makin tinggi asumsi inflasi yang digunakan, makin tinggi target dana yang harus kamu capai. Walau terlihat berat, jika Anda berhasil mencapainya maka kebutuhan dana pendidikan akan terpenuhi dengan baik.

Salah membeli produk

Tak dapat dipungkiri bahwa istilah pendidikan banyak dimasukkan ke dalam strategi pemasaran berbagai macam produk untuk meningkatkan daya jual. Hal ini berlaku juga untuk berbagai macam produk keuangan seperti asuransi dan tabungan.

Memang tidak ada yang salah dengan produk tersebut selama kamu mengerti isinya dan membelinya karena sesuai kebutuhan, tetapi pada prakteknya sering kali tidak demikian. Banyak orang langsung membeli produk semacam ini hanya karena ada kata pendidikan tanpa memahami skema produknya secara rinci.

Sering kali mereka hanya mengandalkan bahwa produk tersebut mampu menjamin dana pendidikan yang mereka butuhkan akan terpenuhi dengan baik tanpa memonitor dan membandingkan hasil investasi atau tabungannya dengan kondisi aktual biaya yang dibutuhkan. Padahal dalam perencanaan keuangan yang baik, produk keuangan melayani tujuan finansial, bukan sebaliknya.

Untuk itu, pahamilah kebutuhan dan kemampuan finansial Anda kemudian baru cari dan beli produk keuangan yang sesuai. Jika Anda sudah terlanjur memiliki produk semacam ini, periksa isinya dan pastikan bahwa produk tersebut benar-benar dapat membantumu menyiapkan dana pendidikan dengan baik.

Utang

Utang bukanlah sesuatu hal yang mengerikan asalkan porsinya sesuai. Jika utang memang solusi terakhir, bijaklah memilih sumber utang dan pastikan Anda punya rencana matang membayar cicilan. Periksa tingkat bunga dan tenor agar tidak membebani anggaran rutin secara berlebihan.

Tidak diskusi dengan anak

Pada umumnya, diskusi dan keputusan mengenai hal memilih sekolah baru akan diambil ketika anak sudah mendekati jenjang yang dimaksud. Namun hal ini sangat mempengaruhi besar dana pendidikan yang harus kamu siapkan.

Biaya pendidikan seringkali bukan hanya biaya sekolah. Anda juga harus memperhitungkan biaya hidup, apalagi bila harus tinggal di kota lain. Karena itu tidak ada salahnya memberi pengertian pada anak mengenai kemampuan finansialmu dalam membiayai pendidikan mereka. Apalagi, bila ada komponen utang di dalamnya.

Sumber: smart-money.co

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com