Advertorial

Menaruh Asa Pada SMK Pariwisata

Kompas.com - 20/09/2017, 08:00 WIB

Penguatan pendidikan kejuruan merupakan salah satu hal yang diprioritaskan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pasalnya, pendidikan kejuruan dipercaya mampu menghasilkan tenaga kerja yang terdidik dan terampil, sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Terkait hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 mengenai Revitalisasi SMK. Untuk menjalankan hal tersebut, Kemendikbud berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata, sebab sektor pariwisata dinilai punya potensi besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional.

Setiap daerah di Indonesia memiliki potensi wisata yang punya daya tarik besar. Ada wilayah pesisir pantai yang eksotis, wilayah perkotaan yang dinamis, atau wilayah dataran tinggi yang tampak manis. Tak heran, bidang pariwisata menyumbang kontribusi signifikan terhadap PDB, yakni sebesar 4 persen pada tahun 2016. Untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dari sektor pariwisata, tenaga kerja untuk sektor tersebut semakin dibutuhkan.

Sayangnya, Direktur Pembinaan SMK Mustaghfirin Amin menyadari, secara kuantitas, lulusan SMK belum cukup memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk pariwisata. Dari data Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud, lulusan SMK Pariwisata tercatat sebanyak 82.171 orang. Padahal, kebutuhan tenaga kerja lulusan SMK di bidang tersebut jumlahnya mencapai 707.600 orang.

Untuk menjawab kebutuhan tersebut, Kemendikbud berupaya meningkatkan kualitas SMK Perhotelan dengan melakukan penyempurnaan kurikulum, peningkatan kualitas guru serta sarana dan prasarana. Salah satu langkahnya dengan menyelenggarakan workshop dengan tema “Industri Perhotelan 2020 dan Persiapan SMK Go Asia Tenggara.

Workshop ini diikuti oleh 131 SMK Perhotelan se-Indonesia. Narasumbernya terdiri dari para pakar di bidang pariwisata, antara lain Asisten Deputi Pengembangan SDM Pariwisata Kemenpar Wisnu Bawa Tarunajaya, The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Gatot Hari Prijanto, Wakil Direktur PT Metland Hotel Horison Purwantono, dan Area Manager Traveloka Eko Cahyo Wibowo.

Mustaghfirin mengatakan, semua pihak yang terlibat mesti mengubah mindset dalam membangun SMK, yakni dari pelatihan menjadi pelayanan-bisnis. Harapannya, SMK Perhotelan akan membantu mewujudkan ekonomi baru dengan pertumbuhan yang signifikan.

Mencontoh SMK unggulan

Selama ini, kata Mustaghfirin, Indonesia telah memiliki sejumlah SMK Perhotelan unggulan yang dapat dicontoh SMK lain. Sekolah-sekolah tersebut memiliki educational hotel alias Edhotel yang dipergunakan sebagai media pembelajaran siswa. Semuanya dikenal berhasil mengelola dan memanfaatkan Edhotel tersebut untuk melatih kemampuan serta keterampilan siswa.

SMKN 1 Panji Situbondo contohnya. Sekolah ini telah memiliki Edhotel bernama Hotel Lotus. Hotel tersebut dinilai sebagai salah satu yang terbaik, sebab punya sistem pengelolaan yang rapi dan fasilitas yang cukup. Artinya, Hotel Lotus layak menjadi unit usaha komersial bagi sekolah.

Kepala Sekolah SMK 1 Panji Situbondo Kumudawati mengatakan, di hotel tersebut tersedia 17 kamar dengan sejumlah fasilitas, antara lain, laundry, salon dan spa, wall climbing, penyewaan mobil, lapangan olahraga, sampai masjid. Atas kelengkapan fasilitas ini, Hotel Lotus pun dapat bergabung dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHBI) wilayah Jawa Timur. Tingkat okupasinya pun cukup baik, yakni mencapai 50 persen per tahun.

Dari wilayah timur Indonesia, ada SMKN 3 Kupang yang tercatat memiliki Edhotel. Hotel tersebut dibangun sejak tahun 2014 dan kini telah menyediakan 16 kamar. Kepala Sekolah SMKN 3 Kupang Jeni JP Bassrie bercerita sedikit mengenai perjalanan panjang pembangunan hotel tersebut. “Semuanya dibayar dengan keringat dan air mata,” katanya.

Ada pula Edhotel dari SMKN 9 Padang, Sumatera Barat. Hotel yang didirikan sejak tahun 2006 tersebut masih berjalan baik hingga sekarang. Jumlah kamarnya memang tak terlalu banyak, tetapi terus bertambah hingga sekarang. Pada awalnya hanya 6 kamar, sekarang menjadi 21 kamar.

Mengembangkan peran, membangun ekonomi baru

Mustaghfirin berharap, saat ini dan di masa yang akan datang, SMK bukan hanya berkembang dari segi jumlahnya. Seharusnya, SMK juga bisa mengembangkan perannya sebagai lembaga pendidikan yang mampu membangun “pertumbuhan ekonomi baru” di daerah-daerah.

“Bukan hanya jumlah SMK yang bertambah, tapi tidak memberikan arti bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat,” katanya.

Ia pun mengajak semua SMK di Indonesia untuk menggarap produk bisnis yang mampu menggerakkan potensi ekonomi. Contohnya, dengan membuat paket wisata menarik di daerah-daerah, atau produk wisata kuliner khas kota masing-masing. Daya tarik wisata dari setiap kawasan akan mampu menjadi stimulus bagi pertumbuhan ekonomi baru. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com