Advertorial

Pahami Cara Hadapi Setiap Risiko untuk Menghalau Ketakutan Berinvestasi

Kompas.com - 26/09/2017, 19:00 WIB

Investasi sejak dini dapat memberikan manfaat berupa imbal hasil yang maksimal bagi keuangan. Namun sayang, keputusan untuk berinvestasi seringkali tertunda karena hal ini. Ketakutan akan risiko yang mungkin saja dihadapi.

Risiko seringkali menjadi momok yang menghantui pikiran bagi mereka yang ingin memulai investasi. Nah, agar tidak enggan atau ragu berinvestasi, miliki pengetahuan akan risiko sebagai berikut.

Pada dasarnya, risiko terbagi menjadi tiga. Hilang atau berkurangnya nilai uang, imbal hasil kecil, dan sulit menjual investasi.

1. Penurunan nilai uang

Tabungan dan deposito memang merupakan dua produk perbankan yang sangat aman, bahkan hampir tak memiliki risiko. Meski begitu, tabungan dan deposito bukanlah instrumen investasi. Menyimpan uang pada dua instrumen tersebut tak akan memberi hasil maksimal. Untuk itu, Anda harus melakukan investasi.

Dalam investasi ada risiko penurunan nilai investasi yang menyebabkan jumlah uang turun. Untuk meminimalisir risiko ini, ukur sejauh mana Anda bisa menahan risiko ini,  apakah 10 persen, 20 persen atau lebih besar. Profil risiko berpengaruh pada produk investasi yang  dipilih. Bila tidak sanggup menerima risiko kehilangan besar, Anda juga tidak akan mendapat imbal hasil yang besar pula.

Ada dua macam investasi yaitu investasi pendapatan tetap dan investasi pertumbuhan. Investasi pendapatan tetap adalah deposito, pendapatan sewa properti, atau utang jatuh tempo. Sedangkan investasi pertumbuhan seperti kenaikan emas, reksa dana, atau saham. Pada jenis kedua, saldo bisa berkurang, tetapi ada potensi keuntungan yang jauh lebih besar.

2. Imbal hasil kecil

Tak perlu takut imbal hasil tak sesuai harapan. Konsultan keuangan Safir Senduk menyarankan, fokus saja pada evaluasi portofolio. Langkah ini untuk mencari tahu kesesuaian pemilihan instrumen investasi dengan tujuan serta profil risiko.

Bila memilih investasi reksa dana pendapatan tetap misalnya, maka imbal hasil tidak akan maksimal seperti reksa dana campuran atau saham. Karena itu, Safir menyarankan, jangan menutup diri pada informasi yang ada.

Pelajari semua jenis investasi untuk menambah pengetahuan. Makin banyak Anda tahu, maka Anda akan memiliki kecenderungan memilih investasi pertumbuhan karena bisa memberikan hasil lebih baik di atas angka inflasi.

3. Sulit dijual

Kesulitan menjual kembali investasi juga kadang menjadi momok, apalagi ketika sedang berada dalam kondisi butuh dana. Risiko ini membuat sebagian orang lebih memilih investasi emas atau uang asing. Selain memiliki fisik yang jelas ada, investasi ini juga mudah dicairkan.

Bila Anda memilih dua investasi tersebut, pastikan tidak menomorduakan faktor keamanan dan metode penyimpanan. Untuk dollar Amerika Serikat misalnya, bila terjadi lecek, maka nilainya bisa turun. Bila Anda berinvestasi pada lukisan atau tas bermerek, ada kemungkinan barang tersebut sulit dijual.

Tentu, tidak semua orang suka dan menaruh perhatian lebih pada tas bermerek dan lukisan antik, tetapi bila Anda ingin investasi di dua hal tersebut, Anda bisa bergabung dengan komunitas penggemar barang-barang bermerek.

Demikian, Anda akan lebih mudah mendapat informasi. Sebelum membeli dan investasi di suatu barang, ketahui proses penjualannya. Jangan sampai Anda berinvestasi pada barang yang tidak akan laku terjual meski harganya sudah naik tinggi.

Bila ingin berinvestasi di produk-produk keuangan, Anda tidak perlu khawatir investasi sulit dicairkan. Cukup menghubungi manajer investasi untuk penjualan (redeem) reksa dana. Sementara di saham, Anda bisa melakukannya dengan sistem daring yang disediakan sekuritas.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com