Kilas

Pelajar Pemalang Rela Pungut Sampah demi Selfie dengan Ganjar

Kompas.com - 28/09/2017, 15:48 WIB


PEMALANG, KOMPAS.com-  Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta para pelajar untuk mengumpulkan sampah yang berserakan di lapangan Desa Surajaya, Pemalang, Kamis (28/9/2017).

Para pelajar yang hadir dalam Gebyar Seni Wisata Pangeran Purbaya Surajaya rela memunguti sampah agar bisa berswa foto dengan Ganjar.

Syarat yang diajukan Ganjar untuk para pelajar bukan tanpa dasar. Ia melihat sampah berserakan di lokasi acara.

Ganjar tampak tak menghiraukan beberapa pelajar yang telah menyiapkan ponsel untuk berselfie dengannya.

"Pak, selfie dulu pak," kata para pelajar.

"Mau selfie, buang sampah dulu," jawab Ganjar.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta para pelajar yang ingin berswa foto untuk memungut terlebih dahulu sampah yang berserakan di lokasi kegaiatan Gebyar Seni Wisata Pangeran Purbaya Surajaya di Desa Surajaya, Pemalang, Kamis (28/9/2017)
DAVID OLIVER PURBA/ KOMPAS.com Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta para pelajar yang ingin berswa foto untuk memungut terlebih dahulu sampah yang berserakan di lokasi kegaiatan Gebyar Seni Wisata Pangeran Purbaya Surajaya di Desa Surajaya, Pemalang, Kamis (28/9/2017)

Meski harus berkotor-kotoran, para pelajar melaksanakan syarat itu. Sampah berupa bungkus plastik makanan dan minuman di tiap sudut lokasi dipungut, lalu dimasukkan ke dalam sebuah kardus kosong.

Ganjar yang mengajukan syarat pun ikut memungut sampah. Menyaksikan Gubernur Jawa Tengah itu memungut sampah, membuat para pelajar tambah bersemangat. Mereka pun berlomba-lomba memunguti sampah yang berserakan.

"Bagus-bagus, tapi belum banyak itu. Ayo, masukan lagi sampahnya. Aduh, itu kamu malas-malasan buang sampahnya. Ayo itu masih banyak," ujar Ganjar.

Saat lokasi tampak lebih bersih, para pelajar langsung mengerumuni Ganjar. Suami Siti Atikoh itu terlihat pasrah menjadi obyek foto para pelajar, yang mayoritas merupakan pelajar tingkat SD dan SMP.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta para pelajar yang ingin berswa foto untuk memungut terlebih dahulu sampah yang berserakan di lokasi kegaiatan Gebyar Seni Wisata Pangeran Purbaya Surajaya di Desa Surajaya, Pemalang, Kamis (28/9/2017)
DAVID OLIVER PURBA/ KOMPAS.com Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta para pelajar yang ingin berswa foto untuk memungut terlebih dahulu sampah yang berserakan di lokasi kegaiatan Gebyar Seni Wisata Pangeran Purbaya Surajaya di Desa Surajaya, Pemalang, Kamis (28/9/2017)

Ganjar memang terbilang "alergi" melihat sampah yang berserakan. Bahkan, ia pernah langsung menghubungi  Bupati Klaten Sri Hartini untuk  membersihkan sampah yang berserakan di Jalan Ceper hingga Besole di Klaten.

Baca: Ganjar Minta Bupati Klaten Beresi Masalah Sampah

Saat itu, Ganjar mengaku mendapatkan informasi dari netizen bahwa ada tumpukan sampah yang telah membusuk di kawasan itu.

"Tadi Saya telepon bupati, minta dikirim truk untuk mengangkut sampah sekarang juga. Tadi langsung dikirim," katanya dalam Kompas.com pada 2016 lalu.

Pada 2015, Ganjar juga sempat geram saat melakukan inspeksi mendadak ke Kantor Samsat Online Kabupaten Pekalongan. Ia melihat tumpukan sampah di tiap sudut ruangan. Padahal, kondisi bangunan saat itu terbilang masih sangat baru.

"Tolong ini dibersihkan. Bagian-bagian ini dibersihkan. Yang di atas, sarang laba-laba juga dibersihkan. Kalau bisa sekarang juga," kata Ganjar.

Ia pun menyarankan agar disediakan tempat khusus untuk membuang puntung rokok.

"Kalau bisa di sini dikasih tempat yang buat puntung rokok itu. Di atasnya ditulis, dibuang kene tho'" ujar Ganjar. (KONTRIBUTOR JAWA TENGAH/ DAVID OLIVER PURBA)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau