Advertorial

Berjuang Raih Impian, Calon-calon Atlet Bulutangkis Adu Kemampuan di GOR Jati Kudus

Kompas.com - 01/10/2017, 09:34 WIB

Rangkaian audisi umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2017 telah sampai pada tahap final. Namun, perjuangan para atlet muda berbakat yang terjaring melalui audisi umum tersebut belum usai.

Setelah menjadi jawara di kotanya dengan meraih supertiket, para atlet muda masih harus adu kekuatan dan kemampuan, bersaing dengan jawara-jawara dari kota lain. GOR Jati Kudus yang merupakan markas atlet-atlet PB Djarum menjadi saksi perjuangan mereka mewujudkan impian mengharumkan nama bangsa sebagai atlet bulutangkis profesional.

Aroma persaingan dan ekspektasi yang tinggi terhadap diri sendiri menimbulkan perasaan tegang di hati setiap peraih supertiket yang tiba di GOR Jati Kudus. Termasuk Dewangga, peserta audisi U-13 putra di Purwokerto. Atlet muda asal Boyolali ini berambisi besar untuk mengantongi tiket karantina.

Dewangga tidak sendirian di audisi final tersebut. Sahabatnya, atlet muda asal Solo, Afrizal Robiansa juga ada di tengah para peraih supertiket. Afrizal berhasil melaju ke final dengan meraih supertiket di audisi Kudus. Namun, mereka berdua sadar bahwa di tahap ini mereka harus berjuang sendiri untuk mewujudkan mimpi menjadi atlet PB Djarum.

Selain sepasang sahabat tersebut masih ada Iffah Amelia Azzahra, peserta audisi U-11 putri asal Cirebon. Selain itu ada Tasya, atlet muda yang lolos audisi putri di Kudus.

Mereka juga memiliki hasrat dan ambisi yang sama yaitu melaju mulus ke tahap karantina. Terwujud atau tidaknya ambisi tersebut tergantung pada performanya di pertandingan final.

Audisi final berlangsung selama tiga hari, tepatnya pada 5-7 September 2017 lalu.  Pada hari pertama audisi final ratusan atlet muda peraih supertiket, termasuk Dewangga, Afrizal, Amel, Tasya bertanding di hadapan Dewan Pelatih PB Djarum untuk menentukan berlanjut atau tidaknya perjuangan mereka di audisi final.

Fung Permadi, mantan atlet bulutangkis berprestasi binaan PB Djarum yang kini menjadi Manager Tim PB Djarum mengatakan di babak final menang atau kalah dalam pertandingan bukanlah faktor utama penentu keberhasilan. Teknik dan semangat juang para atlet yang akan dinilai oleh Dewan Pelatih.

Pertandingan di hari pertama dapat dilalui dengan mulus oleh Dewangga, Afrizal, Amel, dan Tasya. Hari tersebut ditutup dengan perasaan puas. Untuk menyuntikkan semangat di hati ratusan atlet muda yang ikut audisi final PB Djarum menghadirkan pasangan juara dunia Tontowi Ahmad – Liliyana Natsir untuk memberikan pesan-pesan bagi mereka.

Hari kedua, lawan yang tidak mudah harus dihadapi oleh Dewangga dan Afrizal di. Dewangga dihadapkan dengan Bryan Dave Limbowo peserta audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis 2017 asal Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Bryan berhasil membombardir pertahanan Dewangga dan membuat bocah Boyolali tersebut kewalahan. Bermodal dukungan dari sang ayah yang menyemangatinya dari pinggir lapangan, Dewangga berusaha bangkit dan meraih poin.

Kesulitan yang sama juga dihadapi sahabatnya, Afrizal. Ia harus berhadapan dengan Alfonsus William yang pernah ia temui pada sesi screening di audisi Kudus. Sejak pertemuan pertama tersebut, Afrizal sudah mengetahui bahwa Alfonsus bukanlah pemain yang mudah dikalahkan. Bahkan, ada kemungkinan Alfonsus menjadi penghambat langkahnya meraih tiket karantina.

Di lapangan lainnya, Amel dan Tasya pun harus menghadapi tantangan yang tak kalah berat. Kepiawaian lawan-lawan mereka lebih mantap daripada lawan-lawan saat  audisi di kota masing-masing. Ini karena lawan mereka pastinya adalah unggulan dari audisi-audisi di setiap kota.

Jika berhasil keempat atlet muda tersebut akan kembali bertanding di audisi final hari ketiga. Audisi final hari ketiga ini menjadi penentu karena berdasarkan pertandingan di hari tersebut Dewan Pelatih PB Djarum akan mengambil keputusan siapa yang akan masuk karantina dan siapa yang harus pulang.

Hari tersebut akan sangat berat bagi keempat atlet muda tersebut. Namun, khusus untuk Dewangga dan Afrizal, datangnya hari penentuan tersebut sekaligus menimbulkan perang batin. Jika mereka lolos menjadi pemenang di pertandingan hari kedua, sepasang sahabat tersebut akan berhadapan sebagai lawan di lapangan pada hari ketiga.

Siapa di antara Dewangga, Afrizal, Amel, dan Tasya yang akan memperoleh kesempatan karantina dan mengasah diri di markas atlet PB Djarum? Bagaimana kelanjutan perjuangan ratusan atlet muda lainnya yang juga adu kebolehan di GOR Jati Kudus? Saksikan program Kita Bisa episode 9 di Kompas TV!

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com