Advertorial

Intip Dana yang Harus Dikeluarkan Bank untuk Digitalisasi Aktivitas Perbankan

Kompas.com - 02/10/2017, 14:30 WIB

Digitalisasi di industri perbankan membawa banyak perubahan. Salah satu yang paling tampak adalah semakin sedikitnya frekuensi seseorang melakukan transaksi keuangan ke kantor cabang bank. Pasalnya, kini banyak transaksi yang bisa dilakukan melalui ponsel pintar.

Dilansir dari Smart-money.co, saat ini masyarakat mengakses 93 persen layanan perbankan melalui e-channel, seperti ATM, internet banking, dan mobile banking. Sementara, hanya 3 persen layanan perbankan yang masih harus dilakukan di kantor cabang.

Hijrahnya aktivitas perbankan ke dunia digital ini tentu membuat pihak bank harus bergerak ekstra. Pihak PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya, mengeluarkan biaya yang tak sedikit untuk beradaptasi pada perubahan ini.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyebut, setiap transaksi perbankan di ATM, bank menanggung 22 jenis biaya. Untuk penambahan dan peningkatan layanan serta kinerja ATM pun, BCA menyediakan dana setidaknya sebesar Rp 400 miliar setiap tahun. Belum lagi untuk transaksi uang elektronik terkait pembayaran transportasi atau tol yang berjalan bulan Oktober ini.

Terkait transaksi non-tunai di jalan tol, BCA harus melakukan instalasi khusus di setiap ruas tol. Di area Jabodetabek saja, kata Jahja, ada 35 ruas jalan tol dan bank berinvestasi untuk pembelian dan pencetakan kartu.

"Di masyarakat, ada sekitar 13 juta Flazz milik BCA. Namun, dari jumlah itu, hanya sekitar 4-5 juta kartu yang aktif dengan saldo rata-rata Rp 40 ribu," sebut Jahja.

Dari jumlah ini, lanjut Jahja, BCA tak bisa mengambil peluang dari dana mengendap yang ada dalam uang elektronik. Sebab, hanya ada sekitar Rp 15-20 miliar dana mengendap di uang elektronik setiap tahunnya. Padahal, BCA harus mengeluarkan setidaknya Rp 50 miliar per tahun untuk investasi awal dan perawatan.

"Karena itu, kalau memang harus ada biaya yang dibebankan pada nasabah, hal itu akan kami manfaatkan sebaik mungkin untuk layanan, bukan untuk mengambil keuntungan dan sebagainya," tutur Jahja.

Sumber: Smart-money.co

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com