kabar mpr

Ketua MPR: Tanamkan Nilai Demokrasi untuk Hapus Korupsi dan Intoleransi

Kompas.com - 02/10/2017, 14:32 WIB

Penananaman nilai-nilai demokrasi Pancasila pada generasi muda adalah kunci utama untuk kemajuan bangsa. Hanya dengan itu, politik transaksional yang saat ini menjadi tren di Indonesia dapat disingkirkan.

Hal tersebut disampaikan Ketua MPR RI Zulkifli Hasan di depan ratusan anggota dan pengurus PP Gerakan Pemuda Al Wasliyah, di aula Gedung Museum Joang Menteng, Jakarta, Sabtu (30/9/2017).

“Ada banyak hal yang harus diperbaiki dalam demokrasi kita. Oleh sebab itu, saya mengajak para pemuda untuk fokus pada pemberantasan korupsi dan berhenti bersilang pendapat mengenai perbedaan,” katanya.

Dalam dua minggu terakhir, tambah Zul, setidaknya ada enam pejabat negara diciduk KPK. Hal tersebut menjadi cerminan bahwa sampai saat ini demokrasi Pancasila belum sepenuhnya diinternalisasikan dan diimplementasikan oleh para penyelenggara negara. Padahal, makna demokrasi itu sendiri adalah kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat, bukan kepentingan perorangan atau kelompok tertentu saja.

 “Jika kekuatan uang menjadi faktor utama yang menentukan seseorang untuk memegang kekuasaan atau jabatan, maka kedaulatan rakyat akan disingsingkan, berganti dengan kepentingan pribadi atau golongan," tutur Zulkifli.

Pada akhirnya, penerapan demokrasi Pancasila bukan hanya meletakkan rakyat pada posisi tertinggi di suatu negara, tetapi juga menghasilkan nilai toleransi antar warga negara. Dengan demikian, perbedaan bukanlah sebuah kelemahan, melainkan kekuatan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Walaupun begitu, Zulkifli pun mengatakan bahwa umat Islam di Indonesia seperti NU, Muhammadiyah, dan lainnya telah mampu menerapkan nilai-nilai luhur tersebut untuk menghargai perbedaan. Hanya saja, ada sebagian kecil masyarakat di tanah air yang masih bersikap fanatik. Sikap tersebut membuat wacana intoleransi mencuat ke permukaan dan melahirkan disintegrasi di dalam masyarakat.

Kondisi demikian, menurut Zul, bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Negara-negara lain pun memiliki permasalahan yang sama dalam menyatukan pandangan masyarakatnya. Oleh sebab itu, generasi muda perlu ikut turun tangan dalam menyebarluaskan makna toleransi dalam keberagaman.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com