Kilas

Trenggalek Segera Bangun Infrastruktur di Kawasan Wisata Via Ferrata

Kompas.com - 03/10/2017, 12:34 WIB

TRENGGALEK, KOMPAS.com – Pemerintah Kabupaten Trenggalek membangun infrastruktur untuk mengembangkan destinasi wisata baru di Kabupaten Trenggalek yakni panjat tebing Via Ferrata Gunung Sepikul.

Selama ini, kondisi jalan menuju lokasi Via Ferrata di Gunung Sepikul memang rusak parah, Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Trenggalek berencana membangun jalan yang bakal memudahkan akses wisatawan.

“Kewajiban kami adalah lebih mendukung terhadap kekurangannya, yaitu membangun jalan menuju lokasi yang kondisinya memang rusak parah. Bila jalannya bagu, maka wisatawan akan dengan mudah mencapai lokasi,” kata Kepala Dinas Pariwisata Trenggalek Joko Irianto, Senin (2/10/2017).

Via Ferrata di tebing Gunung Sepikul, yang dikenal dengan Sepikul Via Ferrata atau disingkat Sparta, merupakan wisata minat khusus bagi masyarakat yang gemar petualangan. Via Ferrata di Trenggalek merupakan yang kedua di Indonesia. Wisata Via Ferrata pertama ada di Tebing Parang, Purwakarta, Jawa Barat.

Baca: Trenggalek Punya Wisata Via Ferrata

Istilah Via Ferrata sendiri berasal dari bahasa Italia yang artinya jalur besi. Jalur besi ini dipasang meniti ketinggian tebing, dan biasanya dipasang pada tebing yang benar-benar vertikal.

Lokasi panjat tebing tersebut berada di tebing Gunung Sepikul, Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Pengelola Sparta Topan Eko mengatakan, kawasan wisata itu akan dilengkapi dengan wahana flying fox dan sepeda udara.

Pemerintah juga akan mendorong kawasan wisata ini agar lebih dikenal masyarakat luas dengan adanya media promosi. Sebab, tanpa promosi yang tepat, potensi wisata yang paling bagus pun tak akan banyak diketahui masyarakat.

Menurut Joko, pemerintah akan membantu mempromosikan wisata Via Ferrata seperti destinasi wisata yang ada di Trenggalek yang sudah ada sebelumnya.

“Kami berharap, wisata minat khusus ini bisa dijadikan satu paket dengan wisata Gua Lawa, Pantai Prigi, serta Kampung Wisata Durian. Apalagi, Via Ferrata Sepikul masih satu jalur dan masih satu kecamatan (Watulimo) dengan destinasi wisata tersebut, ” ujarnya.

Wisata minat khusus Via Ferrata di tebing Gunung Sepikul diresmikan pada Senin (2/10/2017) di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.KOMPAS.com/ SLAMET WIDODO Wisata minat khusus Via Ferrata di tebing Gunung Sepikul diresmikan pada Senin (2/10/2017) di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

Wisatawan Via Ferrata bisa menikmati keindahan alam yang terpampang dari ketinggian Gunung Sepikul. Maka dari itu, pemerintah juga akan membangun sejumlah fasilitas di sekitar kawasan Gunung Sepikul.

“Fasilitas lain yang perlu dibangun, seperti kamar mandi dan tempat relaksasi bagi pengunjung. Sebab, butuh tenaga ekstra untuk menikmati wisata ini,” kata Joko.

Destinasi wisata baru Sparta merupakan hasil kreativitas komunitas pecinta panjat tebing Gunung Sepikul. Saat ini, wisata minat khusus tersebut dikelola Indo Via Ferrata, Perhutani, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat.

Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak mengatakan, Pemerintah Kabupaten Trenggalek segera membangun akses jalan ke Sparta.

Wisata minat khusus Via Ferrata di tebing Gunung Sepikul, Kabupaten Trenggalek, diresmikan pada Senin (2/10/2017).KOMPAS.com/ SLAMET WIDODO Wisata minat khusus Via Ferrata di tebing Gunung Sepikul, Kabupaten Trenggalek, diresmikan pada Senin (2/10/2017).

Perhutani  juga mendukung adanya destinasi wisata minat khusus tersebut. Destinasi wisata baru itu diharapkan bakal menambah peningkatan perekonomian warga sekitar.

“Kami sangat mendukung Via Ferrata  di Gunung Sepikul. Kami berharap, para warga akan berwirausaha dengan cara berjualan maupun membuat penginapan di sekitar lokasi wisata,” kata Administratur Kesatuan Pengeloaan Hutan (ADM KPH) Kediri Ratmanto Trimahono.

Gunung Sepikul merupakan tebing tertinggi yang ada di Jawa timur. Tebing Gunung Sepikul mulai dikenal  pada 1980. Dua dekade kemudian, lokasi panjat tebing itu telah dikenal oleh pemanjat nasional maupun internasional.  

Gunung Sepikul memiliki tebing batuan andesit serta tingkat kesulitan yang menantang. Oleh karena itu, Gunung Sepikul cukup populer di kalangan pecinta panjat tebing nasional maupun Internasional.

Sensasi Via Ferrata

Memanjat tebing Via Ferrata Gunung Sepikul di Kabupaten Trenggalek memang memiliki sensasi luar biasa.

Perjalanan meniti jalur besi bukanlah hal mudah bagi wisatawan yang belum pernah memanjat tebing. Namun, perjuangan itu terbayar ketika wisatawan bisa menikmati pemandangan dari ketinggian.

Wisatawan memanjat Via Ferrata di tebing Gunung Sepikul Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Minggu (1/10/2017).KOMPAS.com/ SLAMET WIDODO Wisatawan memanjat Via Ferrata di tebing Gunung Sepikul Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Minggu (1/10/2017).

“Saya masih baru pertama kali ini memanjat Via Ferrata. Sensasinya sangat luar biasa, menyenangkan, dan pemandangan dari atas tebing sangat indah sekali,” ungkap wisatawan dari Magelang Petrus Widiyatno, Senin (2/10/2017). (KONTRIBUTOR TRENGGALEK/ SLAMET WIDODO)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau