Advertorial

Indonesia Butuh Ekonomi Digital untuk Perekonomian Nasional Masa Depan

Kompas.com - 05/10/2017, 17:00 WIB

Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menilai pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia cenderung melambat dan melemah. Menurut Faisal, pemerintah perlu mengubah pola pikir lama dalam menangani kondisi perekonomian di era digital. 

"Indonesia butuh darah segar dari sektor industri 4.0, ekonomi digital dan reorientasi kebijakan. Kebijakan pemerintah perlu difokuskan kembali," ujar Faisal dalam acara Indonesia Knowledge Forum ke-6 yang digelar PT Bank Central Asia, Tbk di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Selasa (3/10/2017).

Menurutnya, pemerintah jangan terlalu terjebak membangun infrastruktur di darat dan laut. Infrastruktur digital juga perlu ditingkatkan demi membawa ekonomi digital sebagai ujung tombak perekonomian nasional di masa depan. 

"Misalnya di era digital, kok yang gencar dibangun infrastruktur darat. Yang harus dibangun ya fokus juga ke infrastruktur digital supaya digital economy kita jalan cepat," katanya. 

Pola pikir tersebut dinilai membuat Indonesia cenderung tertinggal dari negara lain dalam mengembangkan ekonomi digital. 

"Hampir mustahil kalau mau tumbuh tidak diiringi dengan upaya perbaikan yang baik. Indonesia relatif tercecer dalam kancah pembangunan dunia," ujarnya. 

Faisal menilai Indonesia memiliki potensi kuat dalam mengembangkan ekonomi digital. Hal itu terlihat dari jumlah penggunaan internet di Indonesia yang semakin berkembang pesat. Sementara itu sektor pelayanan berbasis digital seperti e-commerce juga semakin signifikan. 

"Sektor informasi dan komunikasi meskipun sumbangannya masih kecil 3,81 persen tapi pertumbuhannya selalu double digit. Kita bisa percepat agar era digital ekonomi ini efeknya bisa semakin terasa," katanya. 

Indonesia perlu membangun generasi muda yang bisa memanfaatkan teknologi untuk menunjang pembangunan nasional. Indonesia juga dituntut untuk semakin membuka diri dalam menjalin kerjasama global.

"Yang lain naik, semakin engage dalam pergaulan dunia, kita semakin menyingkir, kita juga harus membuka diri," pungkasnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com