Sorot

Sektor Properti Bergairah, Perbankan Pun Ingin Berkiprah

Kompas.com - 22/10/2017, 16:55 WIB


KompasProperti - Indonesia diperkirakan masih akan dihadapkan pada tantangan perekonomian yang cukup berat pada 2018. Meskipun ada pertumbuhan ekonomi, namun nilainya diprediksi tidak terlalu tinggi.

Pada Property Outlook 2018 di Jakarta, Kamis (19/10/2017) kemarin, pengamat Ekonomi dari Unika Atma Jaya, Agustinus Prasetyantoko mengatakan, ada dua hal yang mempengaruhi sektor perekonomian Indonesia, yaitu harga barang komoditas dan kondisi perekonomian global.

"Ekonomi domestik masih sangat dominan dipengaruhi oleh komoditas. Makanya, naik turunnya harga komoditass di tingkat global, berpengaruh terhadap dinamika ekonomi domestik," ujarnya.

Pemerintah, kata dia, sebenarnya sudah mulai mengurangi ketergantungan ekonomi Indonesia dari sektor komoditas ke sektor industri dan manufaktur. Caranya, dengan membangun infrastruktur secara masif di berbagai wilayah.

Baca: Jangan Mimpi Bersaing Bila Infrastruktur Tertinggal

Prasetyantoko memprediksi, tren ekonomi secara global akan mengalami kenaikan. Hingga akhir 2017, diperkirakan pertumbuhan ekonomi secara global mencapai 3,5 persen dan 3,6 persen pada tahun depan.

Sementara itu, bagi negara-negara berkembang pertumbuhan rata-rata diperkirakan dapat mencapai 4,6 persen pada tahun ini dan 4,8 persen pada tahun depan.

"Intinya secara global, kalaupun proyeksinya optimistik dan diproyeksikan akan terus membaik, pun dalam angka yang relatif rendah," katanya.

Ditopang properti

Sektor properti memiliki peranan penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal itu tidak terlepas dari keberadaan industri turunan yang ada di dalam sektor tersebut.

Sebagai gambaran, dalam membangun sebuah rumah, pengembang tentu akan bekerja sama dengan beragam industri lainnya, mulai dari semen, besi, pasir, kaca dan lainnya. Setidaknya, ada sekitar 170 industri turunan yang berada di dalam sektor properti.

"Jadi sektor perumahan, properti, merupakan salah satu yang menyokong perekonomian. Untuk bisa sampai ke sana, yang bisa diharapkan, industri masih tetep bisa tumbuh meski tidak bisa diharapkan terlalu tinggi," kata dia.

Kabar baiknya, data Bank Indonesia menunjukkan penyaluran kredit properti pada Juli 2017 lalu mengalami peningkatan bila dibandingkan Juni 2017.

Baca: Genjot Pertumbuhan Kredit, BI Siapkan Kebijakan Tambahan

Meski kenaikan itu disebut belum menjadi tanda bahwa sektor properti tanah air sudah menggeliat, setidaknya optimism itu muncul dengan semakin banyaknya produk properti yang terus bermunculan di tiap daerah.

Presiden Direktur Bank Tabungan Negara (BTN) Maryono menilai, peningkatan kolaborasi antara pengembang dan sektor perbankan diperlukan, guna memenuhi angka kebutuhan rumah yang belum terpenuhi atau backlog yang masih mencapai 11,4 juta unit.

Kolaborasi tersebut selama ini sebenarnya sudah terjadi. Namun dirasakan masih kurang, terutama dalam hal pemberian stimulus kepada pengembang guna meningkatkan pasokan perumahan.

"Dengan kolaborasi produktif, kami harapkan penyaluran KPA dan KPR mulai meningkat," kata Maryono saat BTN Golden Property Awards 2017 di Jakarta, Senin (11/9/2017).

Dia menjelaskan, hingga Juli 2017, pertumbuhan kredit properti tercatat mencapai 13,9 persen. Angka tersebut naik bila dibandingkan Juni 2017 yang hanya 12,1 persen. "Itulah sebagai rising momentum kita, sehingga dengan adanya peningkatan ini peran properti lebih baik lagi," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata menilai, meski tanda-tanda peningkatan sektor properti sudah ada, namun terlalu dini bila saat ini disebut sebagai kenaikan sektor properti.

"Masih terlalu dini untuk katakan bahwa ini sebuah kepulihan," kata laki-laki yang akrab disapa Eman ini.

Untuk itu, perlu adanya terobosan lebih komprehensif serta peningkatan sinergi antara pemerintah dan pengembang, guna meningkatkan pertumbuhan yang sudah ada. Terlebih, saat ini pemerintah tengah gencar merealisasikan Program Nasional Sejuta Rumah.

Baca juga: BTN Apresiasi Pengembang yang Dukung Program Sejuta Rumah

Bicara tentang terobosan dan sinergi, maka Lippo Group membangun proyek Meikarta di Cikarang. Dengan nilai investasi Rp 278 triliun, mega proyek ini memiliki konsep berbeda dibanding Lippo Karawaci maupun Lippo Cikarang.

“Meikarta tak sekedar membangun kota tapi juga komunitas yang didukung dengan berbagai fasilitas modern,” kata Presiden Meikarta Ketut Budi Wijaya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com