kabar mpr

Zulkifli Hasan: Ketaatan Beragama bukan Radikal, Melainkan Pancasilais

Kompas.com - 23/10/2017, 08:31 WIB

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menekankan pentingnya implementasi empat pilar kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, Pancasila, UUD 1945, Negara Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi kunci pedoman dalam membangun bangsa dan harus memberikan manfaat kepada masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Zulkifli saat memberikan sosialisasi empat pilar kebangsaan MPR RI pada Apel Siaga Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) ke-7 di Alun-alun Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (22/11/2017). 

Berbicara mengenai Pancasila, Zulkifli, tegas menolak stigma radikal yang sering disematkan pada ketaatan dalam beragama. Fakta sejarah membuktikan, bahwa kemerdekaan Republik Indonesia diraih dengan peran umat Islam serta para ulama.

"Radikalisme dan terorisme tak punya agama. Jadi tidak ada kaitannya dengan ketaatan seseorang," ucap Zulkifli

Zulkifli juga menyinggung pekik 'Allahu Akbar' yang diserukan Bung Tomo saat perang. Ia menyayangkan agama sebagai suatu keyakinan dan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia masih sering dianggap berseberangan.

Padahal, menurutnya, Pancasila sama sekali tidak bertolak belakang dengan agama. Apalagi  ada sebagian masyarakat yang memandang jika agama bisa menjauhkan dengan kebangsaan.

"Banyak yang salah paham bahwa agama akan menjauh dari kebangsaan. Peran ulama juga merasa dipinggirkan. Sekarang saya berharap ulama bersuara, Pancasila itu mempersatukan bukan menjauhkan," pungkasnya.

"Seorang Pancasilais pasti taat beragama. Karena ini adalah amanat dari sila pertama Pancasila yang tegaskan prinsip-prinsip Ketuhanan sebagai yang utama," tambah Zulkifli.

Acara yang dihadiri oleh ratusan anggota KOKAM, pelajar Muhammadiyah tingkat dasar hingga menengah atas, Bupati Karanganyar Juliatmono, pimpinan pusat Muhammadiyah, ketua pimpinan pusat pemuda Muhammadiyah, serta anggota DPRD Jawa Tengah, diharapkan dapat menyudahi, kebencian dan saling fitnah juga saling lapor satu sama lain. 

"Saatnya hadirkan lagi saling menghargai, serta saling menghormati perbedaan. Keberagaman adalah kekayaan bangsa," tutupnya.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com