Advertorial

Investasi Asing dan Masa Depan Perusahaan Rintisan Tanah Air

Kompas.com - 24/10/2017, 19:00 WIB

Sejak zaman kolonialisme dahulu, Indonesia adalah negara yang menarik di mata negara lain. Jika dahulu kala Indonesia dikenal karena sumber daya alamnya yang berlimpah, kini Indonesia menarik karena perusahaan rintisan anak negerinya. Menurut survei yang dilakukan oleh Google dan A. T. Kearney, Indonesia merupakan negara yang menarik bagi investor asing.

Ada beberapa alasan mengapa investor tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Menurut Country Industry Head Google Indonesia Herry Priatna, salah satu alasannya adalah karena potensi yang dimiliki oleh penduduk Indonesia.

Dalam empat tahun mendatang, GDP per kapita Indonesia diramalkan bakal mencapai 5.700 dollar AS per tahunnya. Alasan lainnya adalah keberadaan sejumlah besar penduduk kelas menengah Indonesia yang sangat berpotensi untuk naik kelas. Selain itu, masih banyak populasi masyarakat Indonesia yang belum tersentuh layanan perbankan.

Saat ditemui di BCA Indonesia Knowledge Forum 2017, Herry menyebutkan alasan lain mengapa investor begitu tertarik kepada Indonesia. Menurutnya angka penetrasi internet dan pengguna ponsel pintar yang terus tumbuh juga menjadi faktor ketertarikan investor terhadap Indonesia.

"Penetrasi gaya belanja secara daring juga menjadi alasan kuat. Di samping itu, masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi ke depannya akan semakin banyak,"  tutur Henry.

Jumlah pengguna ponsel pintar di Indonesia ditaksir akan mencapai 148 juta orang pada tahun 2021 nanti. Angka tersebut naik dua kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah pada tahun 2016 sebesar 85 juta orang.

Faktor potensi dan pertumbuhan ekosistem digital itu membuat para investor melirik perusahaan rintisan (start up) di Indonesia. Sejauh ini, tiga perusahaan startup lokal yaitu Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka sudah mencapai fase unicorn dengan valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS. Ketiganya pun telah mendapatkan suntikan dana besar dari investor China seperti Alibaba, Tencent, dan JD.com.

Henry mengatakan, hingga Agustus 2017 lalu, tercatat ada 53 perusahaan rintisan Indonesia yang mendapat pendanaan dari investor. Nilai investasinya pun mencapai 3 miliar dollar AS. Berkaca dari kondisi ini, ia pun optimis industri startup Indonesia akan semakin bergairah.

"Kalau melihat lima tahun lalu, tak ada yang menyangka bahwa Indonesia akan memiliki tiga unicorn," pungkasnya.

Sumber: Smart-money.co

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com