Advertorial

Jembatan Teluk Kendari Mendukung Pengembangan Pelabuhan Bungkutoko

Kompas.com - 25/10/2017, 23:29 WIB

Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus memacu pembangunan Jembatan Teluk Kendari. Jembatan Teluk Kendari dibangun untuk mendukung jaringan jalan nasional dengan menghubungkan Jalan Lingkar Kendari pada Kota Lama dan Poasia. Dengan terhubungnya jalan lingkar ini diharapkan pembangunan di Kota Kendari semakin meningkat.

Jembatan Teluk Kendari juga direncanakan mendukung pengembangan pelabuhan Bungkutoko dan Kendari Newport. Pelabuhan ini ke depannya akan menjadi pintu masuk bagi komoditi dari dan ke luar Kota Kendari maupun Provinsi Sulawesi Tenggara.

Diharapkan bila proyek itu selesai dibangun maka akan memberi nilai manfaat dan berdampak sosial bagi perekonomian masyarakat. Terutama dapat meningkatkan volume pengangkutan barang, aktivitas perdagangan, dan menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat kota Kendari pada khususnya. 

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan Jembatan Teluk Kendari DJBM Kementerian PUPR Armen Adekristi mengungkapkan bahwa progres fisik pembangunan telah mencapai 25 persen dengan progres  keuangan 36 persen.

“Tahun 2017 ini semua fondasi pylon kami selesaikan. Pada 2018 tiang utama pylon selesai semua, kami harapkan closure, yang artinya jembatan cable stayed tersambung semua pada Mei 2019,” tambah Armen (20/10/2017).

Armen menambahkan bahwa pekerjaan sempat terhambat karena ditemukannya sejumlah ranjau aktif sisa zaman penjajahan yang masih tertimbun di dasar teluk, sehingga menjadi kendala utama pemasangan tiang pancang. Namun pada 20 Juni 2016 lalu bekerja sama dengan TNI AL, semua benda yang diduga ranjau tersebut sudah dibersihkan.

Mengenai lahan, Armen mengatakan bahwa saat ini sedang dilaksanakan proses appraisal ulang untuk lahan yang sempat tertunda pembebasan lahannya untuk jalan akses, yaitu untuk 4 rumah toko di sisi Kota Lama, dan 4000 meter persegi di sisi Poasia. Sebelumnya direncanakan anggarannya melalui APBD Provinsi, namun  pada tahun 2017 dialihkan dengan menggunakan APBN.

Jembatan Teluk Kendari nantinya memiliki total panjang 1.346 meter dengan menggunakan teknologi cable stayed. Total panjang jembatan utama adalah 474 meter dengan bentang utama sepanjang 200 meter, lebih panjang dari Jembatan Merah Putih di Ambon (150 meter).

Sebagai jembatan pendekat pada sisi Kota Lama dan Poasia, akan dibangun jembatan pendekat berupa gelagar pratekan dengan total panjang berkisar 300 meter.

Kontrak Jembatan Teluk Kendari sendiri telah ditandatangani pada 29 November 2015 dengan nilai Rp 729 miliar. Melalui proses lelang dan seleksi yang ketat, penyedia jasa terpilih pada pekerjaan ini adalah dua BUMN terbesar di Indonesia yaitu PT PP dan PT NK yang sudah berpengalaman dalam membangun jembatan sejenis.

Pada perjalanannya diperlukan persiapan khusus dan matang agar pembangunan jembatan berjalan sesuai target mutu. Sebagai contoh, desain jembatan ini telah didiskusikan dengan panel ahli yang tergabung dalam Komisi Keselamatan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ).

Panel tersebut beranggotakan para profesor, praktisi dan ahli di bidang jembatan bentang panjang. Melalui komisi tersebut, desain Jembatan Teluk Kendari dikaji ulang berdasarkan peraturan pembebanan terkini serta hasil pengukuran aktual. Seluruh aspek teknis dari tahap pembangunan maupun operasional dibahas dalam komisi tersebut untuk memastikan keamanan dan keselamatan jembatan.

Jembatan yang diharapkan menjadi ikon kota Kendari tersebut mendapatkan sambutan baik dari masyarakat. Andriani Porosi salah seorang warga Kendari berharap dengan terbangunnya Jembatan Teluk Kendari dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena menghubungkan Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli.

“Untuk jangka panjang saya kira baik sekali, semoga pertumbuhan ekonomi tidak stagnan dan dengan dibangunnya jembatan ini bisa lebih meningkatkan taraf hidup masyarakat. Selama ini masyarakat Lapulu atau sebaliknya menggunakan kapal untuk menyeberang. Sedangkan kalau pakai mobil harus memutar dahulu,” tambah Andriani.

Kapal yang digunakan adalah kapal kecil, sehingga mobil harus memutar sejauh 20 km dan memakan waktu 45 menit hingga 1 jam.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com