kabar mpr

Ketua MPR RI Ingin Sistem Pendidikan Taruna Diterapkan di Berbagai Daerah Indonesia

Kompas.com - 26/10/2017, 16:22 WIB

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menyatakan bahwa Indonesia perlu membentuk sistem sekolah yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan, perjuangan, dan kebudayaan di berbagai daerah. Dengan penerapan sistem tersebut, generasi penerus bangsa akan mampu menjaga merah putih agar tetap kokoh dan tidak dapat dikoyak oleh pengaruh asing.

"Hari ini di negara kita banyak sekali salah paham. Perdebatan sering kali menjadi pemicu permusuhan. Bangsa ini menjadi rentan. Oleh karena itu, kita butuh generasi yang mengerti betul dan mengamalkan nilai-nilai luhur agar dapat menjadi penengah dari kekisruhan yang terjadi di tengah masyarakat," kata Zulkifli.

Hal tersebut ia sampaikan ketika membuka acara Pandatara (pameran seni dan budaya nusantara) yang diadakan oleh  SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah (26/09/17).  Dalam acara tersebut, Zulkifli pun menyatakan bahwa sistem pendidikan yang ada di sekolah tersebut bisa diterapkan di daerah lain.

Dengan memadukan aspek kebangsaan, kebudayaan, dan penekanan terhadap aspek akademik secara disiplin maka akan tercipta generasi penerus bangsa yang unggul dan dapat mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional.

"Hari ini jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 261 juta jiwa. Dengan penduduk yang begitu banyak saja kita masih impor bahan pangan. Lalu bagaimana nanti ketika 50 tahun lagi bila penduduk mencapai 500 juta jiwa? Hanya ilmu dan teknologi yang mampu membuat kita menjadi bangsa yang mandiri," tambah Zulkifli.

Namun demikian, ilmu dan teknologi menjadi tidak ada harganya, menurut Zul, jika individu-individu yang bersangkutan tidak mengenal nilai-nilai luhur kebangsaan. Dalam beberapa Minggu terakhir misalnya, terdapat tiga kepala daerah tertangkap KPK. Hal itu menunjukkan bahwa  uang telah menjadi indikator dari setiap hal di kehidupan kita dan menghapus seluruh nilai-nilai luhur.

Zul pun mengatakan bahwa setelah reformasi Indonesia mengalami banyak kemajuan dari sisi kesetaraan dan hak individu yang lebih luas. Akan tetapi, pengertian hak tersebut tidak bisa disalahartikan karena akan merugikan orang lain. Oleh sebab itu, kita tidak bisa menyamakan yang berbeda dan membedakan yang sama.

"Saya berharap ke depannya kita bisa membuat sekolah-sekolah lain dengan sistem pendidikan seperti yang dimiliki oleh SMA Taruna Nusantara. Alangkah terangnya masa depan Indonesia jika sistem pendidikan seperti ini diterapkan di banyak daerah," tutup Zul.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau