Advertorial

Jangan Buru-Buru, Startup Juga Harus Pilih-pilih Investor

Kompas.com - 30/10/2017, 14:00 WIB

Sebagai pemilik usaha rintisan (startup), keberadaan investor adalah satu hal yang membantu mendorong pertumbuhan perusahaan. Kabar baik untuk industri startup, survei Google membuktikan bahwa banyak investor yang senang berinvestasi di tahapan awal (early stage). Alasannya mereka bisa membantu mengembangkan produk sejak awal sehingga di masa depan perusahaan itu bisa lebih atraktif.

Salah satu sosok investor ternama di Asia Tenggara adalah Lim Der Shing. Dalam periode tiga tahun, sudah ada 17 perusahaan startup dan tujuh perusahaan venture capital yang menikmati suntikan dana darinya. Shing pun berbaik hati membagikan kiat untuk memilih investor.

Menurutnya, investor terbaik adalah investor yang memahami setiap kemungkinan risiko bisnis yang bisa terjadi. Pelajari pula koneksi yang dimiliki oleh calon investor, karena koneksi itu akan mempengaruhi popularitas perusahaan tempatnya berinvestasi.  

Meskipun tak ada sahabat abadi dalam dunia bisnis, investor yang cocok bisa menjadi rekan diskusi dan kolaborasi untuk kemajuan bisnis.

"Baik pendiri dan investor bisa menjadi pihak yang berseberangan pada awalnya. Namun akan ada negosiasi sehingga masing-masing menemukan titik baru. Berapa nilai valuasi bisnis juga akan lebih dimodifikasi dan dieksekusi," kata Shing.

Selain kecocokan, Shing juga mengingatkan perusahaan rintisan untuk melakukan benchmarking terkait pemilihan jenis saham ataupun kesepakatan lainnya. Siapkan skenario jika suatu hari investor datang ketika kondisi keuangan perusahaan sedang sehat. Alih-alih langsung menolaknya, cari hal yang bisa dimanfaatkan dari investor tersebut.

"Gunakan kemampuan dan jaringan investor itu. Dalam laporan bulanan atau kuartalan, selalu beri satu hal yang ingin kamu dapat dari mereka. Kamu bisa bicara langsung dengan mereka," tambahnya.

Ada beberapa karakter umum yang menurut Shing bisa menjadi bahan pertimbangan untuk menyetujui investor yang masuk, salah satunya adalah pengalaman. Idealnya, investor dengan pengalaman portofolio di 25 jenis investasi atau 4-5 kali periode bisa menjadi pilihan yang tepat.

Ia pun mencontohkan AngelCentral yang sejauh ini sudah menyuntik dana senilai 2 juta dollar AS untuk 13 startup tahun ini.

Menurutnya, selain pengalaman yang dimiliki, visi dari perusahaan investor juga patut dipertimbangkan.

"Orang-orang yang murni ingin membantu orang lain dan tak mengharapkan imbal hasil mungkin juga cocok menjadi angel investor atau mendirikan modal ventura," pungkasnya.

Sumber: smart-money.co

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com