Sorot

Meikarta Serap Pasar Tenaga Kerja di Bekasi

Kompas.com - 31/10/2017, 20:14 WIB


KompasProperti - Pembangunan kompleks apartemen Meikarta oleh Lippo Group dilakukan untuk mengatasi backlog atau kurangnya perumahan yang terjadi di Indonesia. Pembangunan itu juga untuk menciptakan lapangan kerja bagi ribuan orang.

Saat ini angka backlog perumahan di tanah air mencapai 11,4 juta. “Banyak orang yang sudah bekerja sekian tahun tapi masih belum punya rumah. Mereka butuh tempat tinggal yang layak dengan harga terjangkau,” ujar Ketut, Jumat (15/9/2017).

Itulah yang membuat Lippo Group sebagai pengembang properti terkemuka di Indonesia membangun kompleks apartemen dan kota mandiri Meikarta di Cikarang, Jawa Barat. Pembangunan proyek ini diharapkan memiliki efek positif berantai ke segala aspek kehidupan.

“Meikarta ini ada trickle down effect yang besar dari properti untuk pengembangan suatu kota. Ada manfaat untuk orang sekitar, contohnya pedagang warung atau kopi keliling. Setelah ada proyek ini, omzet mereka naik,” katanya.

Baca: Berisi 900 Apartemen, Lippo Tutup Atas Dua Tower di Meikarta

Menurut dia, Lippo Group ingin agar para pekerja di proyek ini kebanyakan orang lokal, mulai dari yang memiliki keterampilan rendah sampai yang punya keahlian khusus.

“Pekerja yang low skill misalnya petugas kebersihan, sampai yang high skill contohnya petugas di waste  water  management. Itu tidak mungkin orang sembarangan, perlu skill tinggi.

Kini, ada sekitar 50.000 hingga 60.000 pekerja dalam pembangunan Meikarta. Mulai dari tukang bangunan, mandor, petugas kebersihan dan keamanan, arsitek, insinyur bangunan, desainer interior, hingga petugas pengelola berbagai fasilitas yang tersedia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan hal serupa saat acara topping  off  dua tower CBD Meikarta di Cikarang, Minggu (29/10/2017).

Baca: Tidak Cuma di Jakarta, Cikarang pun Siap Jadi Pusat Peredaran Uang

“Proyek Meikarta in menciptakan sekitar 70.000 lapangan kerja, ada yang sebagai salesman dan lain-lain. Sebanyak 90 persen pekerjanya adalah anak bangsa, sisanya dilakukan oleh pekerja asing,” kata Luhut.

Maka dari itu, Luhut mengajak masyarakat untuk berpikiran positif, mengedepankan persatuan dan menjauhkan perbedaan.

“Orang asing sudah pikir soal artificial  intelligence,  robotic,  quantum, tapi kita masih bicara perbedaan yang tidak jelas. Kita tanya nurani kita, apa yang sudah kita perbuat untuk negeri ini supaya jadi lebih besar,” ujarnya.

Foto udara proyek kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Pada tahap pertama, akan dibangun 200 ribu unit apartemen yang siap huni pada akhir tahun 2018.KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Foto udara proyek kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Pada tahap pertama, akan dibangun 200 ribu unit apartemen yang siap huni pada akhir tahun 2018.


Ditambah lagi, Meikarta dikelilingi oleh tujuh kawasan industri yang terletak di Cikarang, Karawang, dan daerah lain di Kabupaten Bekasi. Hal itu menjadi pertimbangan pemerintah pusat untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai kawasan ekonomi khusus.

Nantinya kawasan itu diharapkan bisa membantu mengoptimalkan integrasi antara Provinsi DKI Jakarta dengan Jawa Barat untuk menopang perekonomian nasional. Pemerintah beserta tim ahli saat ini sedang mengkaji hal tersebut bersama para pelaku di dunia usaha.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau