Sorot

Desain Lingkungan Jadi Perhatian Pengembang Meikarta

Kompas.com - 01/11/2017, 20:54 WIB

KompasProperti - Keseriusan pengembang properti dalam merencanakan suatu kompleks hunian berkualitas salah satunya dibuktikan dengan merancang pengelolaan lingkungan sejak awal.

Lingkungan yang dimaksud tidak hanya soal rumah atau apartemen yang dihuni, tetapi juga ruang terbuka, pengelolaan air dan limbah, serta akses jalan yang berhubungan dengan transportasi.

Pengelolaan air bisa menjadi contoh. Pengembang wajib menyiapkan suplai air bersih untuk keperluan sehari-hari para penghuninya. Sebab, air merupakan hal penting yang menjadi kebutuhan dasar hidup.

Pertimbangan ini juga diperhatikan oleh Lippo Group ketika merencanakan setiap proyek propertinya. Penataan lingkungan, termasuk pengolahan air, menjadi salah satu atensi yang diwujudkan dalam pembangunan proyek-proyeknya.

Menurut keterangan Direktur PT Lippo Cikarang Tbk, Jukian Salim, kawasan Lippo Cikarang bisa jadi contoh.

Persediaan air bersih di kompleks itu berasal dari Unit Pengolahan Air Bersih (Water Treatment Plant) Lippo Cikarang. Kualitas airnya terjamin karena sesuai dengan standar Departemen Kesehatan (SK Menkes No. 416/Menkes/PER/1990).

"Infrastruktur yang harus ada dalam sebuah kawasan kota baru adalah water treatment plant (WTP) dan waste water treatment plant (WWTP). Selain untuk mengolah limbah menjadi air bersih, keberadaan WTP juga penting untuk memasok kebutuhan air di kawasan tersebut," kata Jukian Salim, Senin (25/9/2017).

Dia menambahkan, air limbah dari industri di Cikarang disalurkan melalui pipa bawah tanah dan diproses lewat WWTP demi keamanan lingkungan. Proses ini dilakukan sesuai aturan yang dibuat oleh pemerintah.

Pengelolaan air di Meikarta

Sesuai komitmen itu, Lippo Group juga menerapkan hal yang sama dalam pembangunan kompleks apartemen dan kota mandiri Meikarta di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

“Kami tidak mengalirkan air limbah ke sungai karena semuanya ditampung di pengolahan limbah. Ada pula septic tank yang tersentralisasi,” ujar Presiden Meikarta Ketut Budi Wijaya, dalam suatu diskusi, Jumat (15/9/2017).

Foto udara kawasan Central Park di kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Meikarta telah membangun central park, yakni sebuah taman terbuka hijau seluas 100 hektar. Taman ini memiliki berbagai tanaman, lengkap dengan kebun binatang mini hingga jogging track.KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Foto udara kawasan Central Park di kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Meikarta telah membangun central park, yakni sebuah taman terbuka hijau seluas 100 hektar. Taman ini memiliki berbagai tanaman, lengkap dengan kebun binatang mini hingga jogging track.

“Sama halnya dengan di danau Meikarta. Kapasitas air di danau itu sekitar 1 juta meter kubik. Sumber airnya itu dari Waduk Jatiluhur, lalu diolah di pengolahan limbah industri. Kami juga tidak banyak mengubah kontur tanahnya,” Ketut menambahkan.

Menurut dia, Lippo Group juga akan mengawasi lingkungan dan pengolahan limbah di kawasan industri sekitarnya. Sebagai contoh, jika ada pabrik yang sampai mengotori sungai dengan limbah, nantinya akan dilaporkan ke pihak yang berwenang.

“Makanya kami berencana mengolah limbah industri dari kawasan di sekitar Lippo Cikarang dan menentukan biaya kepada pelaku industri atas pengolahan itu. Intinya, di suatu kota harus tersedia air bersih dan pengelolaan air limbah,” ujar Ketut.

Kelak, limbah ringan dan limbah berat akan dipisah. Dengan demikian, kata Ketut, pengolahannya semakin mudah, dan kualitas air yang digunakan untuk sehari-hari tetap terjaga, baik untuk kebutuhan hidup para penghuninya maupun untuk keperluan industri.

Akses jalan

Begitu pula jika membahas tentang jalan. Meikarta dibangun sebagai hunian dan kawasan yang mendukung mobilitas para penghuninya, baik dengan kendaraan maupun berjalan kaki. Bagaimanapun, lingkungan yang nyaman sendiri akan memacu minat orang untuk berjalan kaki.

Untuk itu, di Meikarta akan tersedia ruang terbuka hijau seluas 100 hektar yang terdiri dari danau dan taman.

Taman yang dinamai Central Park ini menyediakan jalur khusus bagi pejalan kaki berupa jembatan. Jalur tersebut akan menghubungkan area timur dan barat yang dipisahkan danau.

Selain itu, akan dibuat pula jalan yang lebar, yang di pinggirnya ditanami ribuan pohon sehingga membuat udara terasa lebih sejuk dan segar, terutama pada pagi hari.

“Jalannya akan dibuat lebar, lalu di sisinya ada pohon. Ada pohon yang besar dan tanaman langka, juga tanaman kecil. Tujuannya supaya tidak gersang,” tutur Ketut.

Jadi, setiap jalan di sana akan dibuat terpisah, baik bagi pejalan kaki maupun kendaraan. Hal itu sejalan dengan komitmen Lippo Group untuk menyediakan kawasan hunian modern yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki dan pengguna kendaraan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com