Sorot

Kota Mandiri Cikarang Bakal Dorong Pertumbuhan Sektor Ekonomi Baru

Kompas.com - 01/11/2017, 22:51 WIB

KompasProperti - Kehadiran setiap kota baru bisa mendatangkan kesempatan baru yang bisa menciptakan pengembangan sektor-sektor ekonomi baru juga.

Hal itu terasa pula lewat kehadiran Meikarta di Cikarang, Jawa Barat, yang merupakan proyek baru garapan Lippo Group.

Kompleks apartemen dan kota mandiri Meikarta diproyeksikan sebagai Jakarta baru. Pembangunan kota mandiri dengan nilai investasi Rp 278 triliun yang terletak di timur Jakarta itu diharapkan menjadi salah satu pusat industri nasional.  

Nilai ekspornya dari kawasan bisnis Meikarta diproyeksi bisa bersaing dengan Batam dan kawasan industri lain di Indonesia sehingga berpotensi untuk go international menyerupai Singapura.

Lippo Group membangun kota baru Meikarta di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Di tengah kota itu, dibangun Central Park seluas 100 hektar yang dilengkapi danau seluas 25 hektar yang mampu menampung 300 meter kubik air.KOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI Lippo Group membangun kota baru Meikarta di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Di tengah kota itu, dibangun Central Park seluas 100 hektar yang dilengkapi danau seluas 25 hektar yang mampu menampung 300 meter kubik air.

Cikarang merupakan wilayah yang terdiri dari tujuh kawasan industri yang setiap tahunnya memproduksi sekitar satu juta mobil dan 10 juta kendaraan bermotor roda dua. Produksi lainnya yaitu elektronik, suku cadang otomotif, farmasi, peralatan rumah tangga, dan lain lain.

Hal itu menunjukkan betapa besarnya jumlah orang yang bekerja dan tinggal di daerah tersebut. Dengan demikian, ke depannya Cikarang menjadi kawasan potensial hunian bagi para pekerja sekaligus kawasan yang bernilai ekonomis.

“Inilah yang disebut dengan trickle down effect dari pengembangan kota baru. Ada manfaat untuk orang-orang sekitar, mulai dari orang yang berbisnis di ruko sampai pedagang warung atau tukang kopi keliling pun omzetnya naik setelah proyek Meikarta berjalan,” kata Presiden Meikarta, Ketut Budi Wijaya, pada medio September 2017 di Tangerang.

Lapangan kerja terbuka luas bagi masyarakat sekitar Meikarta. Potensi penyerapan tenaga kerja bahkan mencapai 60.000 orang untuk kota baru itu. Kebanyakan dari mereka adalah orang Indonesia.

Puluhan food truck menyediakan aneka panganan bagi pengunjung Central Park Meikarta di Cikarang, Jawa Barat. Makanan yang dijajakan mulai dari Rp 15.000/porsi.KOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI Puluhan food truck menyediakan aneka panganan bagi pengunjung Central Park Meikarta di Cikarang, Jawa Barat. Makanan yang dijajakan mulai dari Rp 15.000/porsi.

“Kami ingin orang lokal yang bekerja, mulai dari low skill, misalnya petugas kebersihan dan keamanan, sampai high skill, contohnya petugas di waste water management, itu perlu skill tinggi. Sekarang ada sekitar 50.000-60.000 pekerja,” ujarnya.

Jumlah itu belum ditambah lagi dengan rencana membangun perkantoran, rumah sakit, hotel, sekolah dan perguruan tinggi, restoran, tempat hiburan, sarana olahraga, dan berbagai fasilitas lain.

Pada kesempatan berbeda, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyatakan apresiasi karena potensi lapangan kerja baru sebagai dampak pembangunan kota baru itu.

Lippo Group mengklaim mampu menciptakan 70.000 lapangan kerja dari proyek itu.

"Dari jumlah itu, sekitar 90 persen pekerja diisi anak bangsa, sedangkan sisanya lebih kurang 10 persen untuk pekerja asing,” katanya saat menghadiri seremoni tutup atap dua tower apartemen CBD Meikarta, di Cikarang, Jawa Barat, Minggu (29/10/2017).


Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau