Advertorial

Kementerian PUPR Bangun 19 Jembatan di Sabuk Merah Perbatasan NTT pada 2018

Kompas.com - 07/11/2017, 14:14 WIB

Untuk mendukung pengembangan wilayah perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT) Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun sebanyak 19 jembatan baru pada tahun 2018, sembari melanjutkan pembangunan jalan perbatasan.

“Total kebutuhannya ada 27 jembatan dengan total panjang 1.744 meter, yang dibangun pada 2017 ada empat, dan tahun depan rencananya akan dibangun 19 jembatan,” tutur Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 4.5 Pembangunan Jalan Sabuk Merah Perbatasan PJN Wilayah II NTT DJBM Kementerian PUPR Muhamad Edwin (6/11).

Edwin mengatakan, jembatan tersebut nantinya akan dibangun di jalan perbatasan sepanjang 176,19 km membentang dari Motamasin ke Motaain yang dikenal dengan istilah Sabuk Merah Sektor Timur. Total kebutuhan pembangunan 27 Jembatan tersebut adalah sebesar Rp 558 miliar. Pembangunan jembatan yang dimulai pada 2017 rencananya akan selesai pada 2019.

Jembatan yang dibangun juga termasuk dengan jembatan Motaain yang berada tepat pada batas negara yang menghubungkan wilayah Indonesia dengan Timor Leste.

“Sebelumnya di tahun 2017 kita laksanakan pembangunan jembatan di Motamasin dengan anggaran Rp 11 miliar, yang dikerjakan selama 8 bulan dengan panjang 35 meter. Untuk Motaain hampir sama, nanti panjangnya 30 meter,” tambah Edwin.

Selain jembatan Motamasin, jembatan yang dibangun pada 2017 di antaranya adalah Jembatan Haliwen (Waeutu), Jembatan Sungai Pos Lookeu (Motamasin-Laktulus-Dafala), dan Jembatan Fatumatak.   

Sementara itu, dari sepanjang 176,19 km jalan Sabuk Merah Sektor Timur masih terdapat 21,6 km jalan yang belum terbuka. Namun, Edwin mengatakan bahwa pada bulan November ini, pekerjaannya akan segera dilakukan lelang dini dan ditargetkan pada tahun 2018 jalan dari Motamasin hingga Motaain telah terbuka seluruhnya walaupun sebagian belum teraspal.

“Di perbatasan tersebut pekerjaannya dilaksanakan sejak tahun 2015, pekerjaannya sendiri bervariasi ada pengaspalan, pelebaran dan pembukaan jalan baru. 40 persen di antaranya memang membuka jalan baru, yang sebelumnya hanya berupa jalan yang hanya dilalui sepeda motor,” tambah Edwin.

Edwin menambahkan, dalam pelaksanaannya, pekerjaan jalan di daerah perbatasan tidak menemui kendala yang berarti. “Sejak perencanaan dan studi kami melakukan dialog dengan tokoh masyarakat dan mereka mendukung penuh. Karena mereka memang membutuhkan, terbukti dalam dua tahun terakhir mobilitas masyarakat mengalami peningkatan,” katanya.

Sebagai informasi, selain sektor Timur, pembangunan juga dilaksanakan di jalan perbatasan Sabuk Merah Sektor Barat di daerah Timor Tengah Utara, dengan panjang jalan sekitar 130,88 km dengan 12 buah jembatan. Diketahui bahwa  selain membangun jalan perbatasan, Kementerian PUPR juga membangun Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu yakni PLBN Motaain di Kabupaten Belu dan PLBN Motamassin di Kabupaten Malaka yang telah diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Ditenggarai bahwa saat ini mobilitas masyarakat Indonesia maupun Timor Leste di kawasan perbatasan meningkat dalam dua tahun terakhir, terlihat dari penambahan penerbangan dari dan menuju Atambua maupun Kupang. Pembangunan jalan yang diharapkan dapat meningkatan sektor pariwisata pun mulai memperlihatkan hasilnya, dari semula hanya ada satu hotel berbintang di Kupang saat ini bertambah menjadi empat hotel.

Dampak pembangunan jalan dan PLBN juga dirasakan oleh salah seorang petani di  Kabupaten Malaka yang berbatasan dengan Timor Leste, Aris Seantufahik. Ia mengatakan bahwa dirinya dapat dengan mudah membawa hasil pertanian menuju ke Timor Leste untuk dijual di sana.

“Terasa, sekarang sudah ada gedung (PLBN) dan jalan juga bagus. Penjualan pun meningkat, biasanya kirim bawang merah ke pasar-pasar di daerah perbatasan atau Timor Leste,” tutur Aris. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com