kabar mpr

Ketua MPR: KPK Jangan Dibiarkan Sendirian

Kompas.com - 16/11/2017, 14:40 WIB

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mengatakan, adanya tekanan dari segala sisi untuk melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menuntut perlunya perlindungan dari masyarakat sipil dan segenap elemen pemerintahan terhadap lembaga anti rasuah tersebut. 

"Saya ingatkan sekali lagi, jangan biarkan KPK sendirian. Jangan biarkan KPK diperlemah oleh siapa pun," tegas Zulkifli seusai menerima gelar adat Pangeran Kerta Alam Jaya Nata dari Lembaga Penasihat dan Pemangku Adat Lubuk Linggau di Kantor Walikota Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Rabu (15/11/2017) siang.

Mantan Menteri Kehutanan itu juga sempat mengungkapkan kekhawatirannya akan potensi kembali terjadinya "Cicak vs Buaya" kepada Presiden Joko Widodo. Namun Zulkifli memastikan bahwa Presiden tak akan membiarkan konflik KPK dan Polri terjadi lagi.

"Saya bilang Presiden, Pak kalau terjadi lagi Cicak versus Buaya, bisa gaduh negeri ini. Tapi Presiden menegaskan tidak akan membiarkan," tuturnya.

Korupsi merupakan persoalan serius yang mengakar di tubuh Indonesia, sehingga perlu ditangani bersama. KPK tidak bisa dibiarkan terus sendirian dalam melakukan pemberantasan korupsi.

"Korupsi sampai kiamat kalau diurusin KPK terus susah bersihnya, apalagi tanpa partisipasi masyarakat," katanya.

Mengubah Paradigma

Zulkifli menekankan pentingnya KPK dan pemerintah mengutamakan pencegahan dengan mengubah paradigma masyarakat dalam melawan korupsi. Koruptor harus dipandang sebagai orang miskin karakter yang mengambil hak-hak orang lain.

"Kalau pandangan kita, orang itu hebat kalau uangnya banyak. Mobilnya banyak. Rumahnya bagus. Kalau pandangan seperti itu, korupsi pasti jalan terus. Nilai-nilainya enggak ada," ungkapnya.

Dengan demikian, kata Zulkifli, pejabat pemerintahan yang korup bisa dipermalukan publik karena selalu merasa serba kekurangan sampai harus melakukan korupsi anggaran yang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat. 

"Kalau ada pejabat kena OTT (operasi tangkap tangan) lalu rakyatnya gembira luar biasa, itu tandanya dia marah, ada dendam dan kecemburuan," katanya.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com