Advertorial

Gito Wahyudi, Mendorong Transparansi Pemerintahan Daerah lewat Teknologi Informasi

Kompas.com - 27/11/2017, 15:27 WIB

Gito Wahyudi merupakan seseorang yang peduli untuk memperbaiki transparansi pemerintahan daerah di Indonesia dengan menggunakan teknologi informasi. Ia mampu menjadikan persoalan transparansi di Indonesia sebagai peluang untuk menciptakan perubahan dan menciptakan lapangan pekerjaan yang berdampak luas bagi masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.

Lulusan Master Teknologi Informasi Universitas Indonesia ini melihat transparansi pemerintahan di Indonesia semakin membaik dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, dirinya terus membantu pembenahan sistem pemerintahan daerah di Indonesia dengan solusi-solusi teknologi informasi yang inovatif dan terintegrasi.

Euforia hadirnya teknologi informasi dan munculnya pemimpin-pemimpin peduli transparansi pemerintahan juga turut mendorong orang-orang di dalam pemerintahan untuk berbenah.  

Gito merupakan Chief Executive Officer dari Cartenz Group, perusahaan yang membantu pemerintah, komunitas, dan bisnis usaha kecil menengah (UKM) dalam membangun sistem pengelolaan yang transparan dan efisien. Berawal dari sekadar nongkrong bersama teman-temannya yang bergerak di bidang IT, Gito memulai dengan membuat proyek perangkat lunak (software) perbankan dan asuransi. Keuntungan dari proyek kecil-kecilan itu pun dibagi kepada timnya yang hanya terdiri lima orang sesuai dengan beban kerja yang ada. 

"Sampai pada titik tertentu, kami bertemu salah satu teman di pemerintah daerah, dia meminta untuk dibuatkan aplikasi penunjang pemerintahan tempat ia bekerja. Kami membantu dia dan pada akhirnya kami menekuni ini," kata Gito saat ditemui Kompas.com, di kantor pusat Cartenz yang berada di gedung AIA Central, Sudirman, Jakarta, Selasa (20/11/2017) siang.

Gito menceritakan sebelum membangun Cartenz, ia bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Kementerian Keuangan. Namun, Gito tak ingin terjebak dengan zona nyaman hidup sebagai PNS dan memutuskan berhenti karena ia ingin menekuni minatnya dalam ilmu komputer. Orang sekitarnya pun menganggap keputusannya terbilang nekat.

"Orang tua juga sempat marah, 'Ngapain keluar?', tapi alhamdulillah doain aja, minat saya kan di sini, begitu," ujarnya.

Menurut Gito, ia mendirikan Cartenz karena ia memiliki impian Indonesia bisa menjadi negara yang memiliki tata kelola yang transparan dan efisien dalam berbagai aspek kehidupan. Impian tersebut diperolehnya ketika ia melakukan perjalanan ke Korea Selatan. Ia melihat baik pemerintah, sektor swasta, hingga berbagai lini aktivitas keseharian yang dilakukan masyarakat Korea sudah didukung dengan teknologi informasi yang canggih. 

"Kami baca peluang, pertama saya lihat di sini (Indonesia) enggak ada orang yang melihat peluang ini. Tantangannya, adalah sebenernya bukan di teknologi informasinya melainkan merubah cara kerja mereka, mengubah manajemen mereka (pemerintah dan masyarakat)," lanjut Gito. 

Para karyawan Cartenz Group, yang terdiri dari sekelompok anak muda sedang bekerja di kantor pusat Cartenz yang berada di gedung AIA Central, Sudirman, Jakarta, Selasa (21/11/2017). KOMPAS.COM/Dylan Aprialdo Rachman Para karyawan Cartenz Group, yang terdiri dari sekelompok anak muda sedang bekerja di kantor pusat Cartenz yang berada di gedung AIA Central, Sudirman, Jakarta, Selasa (21/11/2017).

Melalui Cartenz, Gito bersama segenap karyawannya tak hanya menghadirkan berbagai perangkat lunak sebagai solusi teknologi inovatif. Cartenz juga memberikan kajian, analisis ilmiah, pendampingan, dan pelatihan berkelanjutan serta memberikan solusi-solusi terbaik bagi para pengguna jasanya. Mengubah pola pikir lama masyarakat dan pemerintah soal transparansi menjadi tantangan terbesar yang dihadapi Cartenz.

Oleh karena itu, dalam melakukan perubahan, Gito dan rekan-rekannya juga menekankan para kliennya untuk mau mengubah pola pikirnya demi mewujudkan tata kelola yang transparan dan efisien. 

"Ada tiga sektor yang kami bantu, yang pertama public finance management. Ini seperti core dari proses bisnis mereka dari membuat rencana kerja, budgeting, accounting, administrasi, end to end. Bagaimana segala sesuatu yang manual bisa dialihkan lewat teknologi," katanya.

Kedua, Cartenz memiliki cita-cita memajukan Indonesia (advancing Indonesia). Cita-cita ini salah satunya diwujudkan dengan mendorong peningkatan pendapatan daerah berbasis potensi lokal.

Gito mencontohkan, tim Cartenz pernah membantu meningkatkan pendapatan pemerintahan daerah Kabupaten Badung di Bali. Alhasil, dengan kerja sama Cartenz dan pemerintah setempat, pendapatan daerah tersebut meningkat dari Rp 950 miliar menjadi Rp 4 triliun. Tak hanya itu, pendapatan daerah itu juga berdampak luas bagi masyarakat setempat. 

"Di sana semua siswa dari SMP kelas satu ke atas itu dapat satu laptop. Masyarakat di sana pun yang sakit, berapa pun biaya warga yang sakit itu ditanggung sama pemerintah," kata Gito.

Cartenz juga menawarkan jasa digital map provider, yang memungkinkan pemerintah daerah memetakan berbagai potensi daerah secara lebih luas dan rinci. Melalui bantuan pemetaan digital, potensi daerah yang luput dari perhatian bisa dimanfaatkan.

Ketiga, Cartenz melakukan reformasi perizinan. Menurutnya, perizinan membuka usaha masih terbilang sulit dan rumit. Oleh karena itu, Cartenz mendorong reformasi perizinan usaha lebih cepat dan efisien dengan teknologi informasi. 

"Kalau di Singapura, membuka izin usaha itu cepat, hanya beberapa jam. Kalau di sini, kita harus mengurus berbagai hal seperti akta notaris, SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dan lainnya. Bagaimana kalau pabrik atau industri? Bisa semakin sulit," ujarnya. 

Perusahaan yang mulai mengembangkan sayapnya pada tahun 2014 ini juga memiliki produk Sosial Bisnis Indonesia (SOBI) dan Zeepos. SOBI adalah sebuah sistem pengelolaan hutan berbasis mobile yang memungkinkan pembaruan data inventarisasi hutan secara cepat dan transparan. SOBI menghadirkan solusi teknologi so lusi lingkungan yang menjamin akuntabilitas dan kepercayaan antara bisnis dan masyarakat lokal

Kehadiran SOBI merupakan upaya Cartenz memanfaatkan pendekatan bisnis untuk menyelesaikan persoalan sosial dan lingkungan yang didasarkan pada prinsip pengelolaan bersama dan pengelolaan sumber daya berkelanjutan. 

Sementara itu Zeepos, merupakan sebuah mesin kasir berbasis android yang efektif, hemat biaya dan mudah digunakan. Zeepos membawa kemudahan dan akses yang lebih mudah dalam hal pembukuan, di mana saja dan kapan saja. Kehadiran Zeepos mampu mengurangi beban biaya operasional dan inventaris hingga 30 persen.

Produk tersebut merupakan solusi berkepanjangan untuk mendukung berbagai jenis kegiatan usaha kecil menengah, seperti kafe, restoran, toko, bazar, hingga kantin. Zeepos juga memungkinkan penggunanya mengelola stok, merekam transaksi dan memantau performa bisnis secara online, realtime dan transparan. 

Anak Muda Peduli Transparansi

Gito menuturkan, Cartenz membutuhkan anak-anak muda potensial untuk ikut bergabung mendukung pemerintah, komunitas, dan bisnis kecil di Indonesia. Selain memberikan penghasilan yang layak, Gito menawarkan nilai dampak sosial sebagai kebanggaan utama bagi mereka yang tertarik bergabung di Cartenz. 

Pria yang gemar membaca buku itu juga menekankan nilai profesionalisme dan kerja sama tim yang solid. Selain itu, ia juga mendorong karyawan Cartenz Group untuk terus berinovasi. Sebagai pimpinan, Gito memperlakukan karyawannya seperti merawat bunga. "Antar pekerja atau bawahan itu seperti bunga, harus disiram, dirawat pakai hati, supaya bisa tumbuh lebih baik," tuturnya.

Dua orang karyawan Cartenz Group, sedang bermain tenis meja mengisi waktu luang di kantor pusat Cartenz yang berada di gedung AIA Central, Sudirman, Jakarta, Selasa (21/11/2017). KOMPAS.COM/Dylan Aprialdo Rachman Dua orang karyawan Cartenz Group, sedang bermain tenis meja mengisi waktu luang di kantor pusat Cartenz yang berada di gedung AIA Central, Sudirman, Jakarta, Selasa (21/11/2017).

Dua negara seperti Malaysia dan Hungaria bahkan tertarik untuk menjalin kerja sama dengan Cartenz. Kedua negara tersebut, kata Gito, menyadari dampak signifikan atas produk dan jasa yang ditawarkan perusahaannya.

Tak hanya itu, kedua negara itu memandang Cartenz sebagai start-up unik karena melibatkan banyak anak-anak muda yang mau berurusan membenahi birokrasi pemerintahan agar lebih transparan dan memberdayakan komunitas masyarakat serta bisnis. 

"Harapannya kami sudah bisa berkontribusi lebih besar lagi terhadap tiga aspek tadi. Kami ingin dapat talenta yang bagus, karena ini kan diliat bukan industri di bidang yang menarik ya. Kami ingin ada anak muda lainnya join, anggaplah biar ada anak-anak muda ikut peduli sama negaranya," kata Gito.

Dua orang karyawan Cartenz Group, sedang berinteraksi di salah satu sudut kantor Cartenz di kawasan AIA Central, Sudirman, Jakarta, Selasa (21/11/2017).KOMPAS.COM/Dylan Aprialdo Rachman Dua orang karyawan Cartenz Group, sedang berinteraksi di salah satu sudut kantor Cartenz di kawasan AIA Central, Sudirman, Jakarta, Selasa (21/11/2017).

Lingkungan kerja yang ditawarkan oleh Cartenz juga bersifat open space office. Karyawan Cartenz bisa bekerja di sudut ruangan manapun. Saat bosan atau istirahat, mereka juga bisa memanfaatkan berbagai fasilitas fitness, tenis meja, dan alat-alat musik. 

Interaksi antar pimpinan dan karyawan juga bersifat cair. Gito menganggap struktur organisasi hanya sekadar rantai komando dan tidak digunakan untuk memerintah semaunya. Hal itu juga mendukung terciptanya lingkungan dan budaya kerja yang asyik. 

"Mungkin ada yang kenal saya tapi enggak tahu saya CEO-nya, saya yang lead ini company, bukan secara konotasi negatif. Berarti mereka tidak merasa canggung berinteraksi sama saya, enggak ada batasan," ujar Gito sembari tertawa. 

Gito sedang berinteraksi dengan seorang karyawan Cartenz Group yang menangani produk Zeepos, di kantor kawasan AIA Central, Sudirman, Jakarta, Selasa (21/11/2017).  KOMPAS.COM/Dylan Aprialdo Rachman Gito sedang berinteraksi dengan seorang karyawan Cartenz Group yang menangani produk Zeepos, di kantor kawasan AIA Central, Sudirman, Jakarta, Selasa (21/11/2017).

Gito telah memiliki rencana jangka panjang bersama Cartenz Group hingga 2022. Ia berharap bisa bekerja sama dengan 300 lebih pemerintah daerah, kota, kabupaten lainnya di Indonesia. Pada tahun 2018, perusahaan ini akan membangun kapasitas internal dan memperkuat visi strategi perusahaan ke dalam langkah-langkah praktis. Selain itu, Cartenz melakukan percepatan pengembangan potensi lebih cepat di dalam anggota tim dan mendorong pertumbuhan produk yang lebih pesat.

Pada tahun 2019, Cartenz menyelesaikan pengembangan produk dan memastikan kepatuhan akan akuntabilitas dan transparansi. Di tahun 2020, perusahaan yang sudah menangani 312 proyek ini akan menawarkan produk ke pasar dengan cepat, menembus seluruh lapisan masyarakat di seluruh Indonesia.

Menjelang tahun 2021, Cartenz diharapkan menjadi pemimpin pasar dalam solusi teknologi IT terpadu di Indonesia. Di tahun 2022, perusahaan ini memelihara kolaborasi dan kemajuan, mengidentifikasi masalah dengan indikator kinerja utama dan meninjau kembali sasaran untuk perbaikan di masa depan.

Informasi lebih lanjut mengenai Cartenz dan bagaimana mereka mendorong transparansi pemerintahan daerah melalui teknologi informasi, silakan kunjungi laman resmi mereka di www.cartenzgroup.com (adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com