Sorot

Meikarta, Terobosan Lippo di Tengah Mahal dan Sulitnya Lahan Hunian

Kompas.com - 27/11/2017, 18:12 WIB


KompasProperti - Untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen di tengah mahalnya harga hunian dan sulitnya lahan, tak sedikit pengembang harus berinovasi membuat unit hunian terjangkau. Mulai dari segi ukuran hingga pemilihan material yang relatif lebih murah namun tetap berkualitas.

Salah satu yang melakukan terobosan itu adalah Lippo Group melalui proyek anyarnya; Meikarta. Presiden Meikarta Ketut Budi Wijaya, mengatakan bahwa proyek kota baru Meikarta diharapkan bisa mengisi kebutuhan pasokan hunian yang sudah tak terisi oleh Jakarta.

Meikarta dibangun di atas lahan seluas 500 hektar (ha) dengan investasi senilai Rp 278 tiliun. Lokasi kota baru ini berada di jantung ekonomi Indonesia, yakni di koridor Jakarta-Bandung.

Baca: Cari Hunian di Jakarta Semakin Sulit, Meikarta Jadi Alternatif

Sebagai pengembang Meikarta, pada tahap pertama proyek ini berjalan, Lippo Group bakal membangun 250.000 unit apartemen dengan total luas bangunan 22.000.000 meter persegi (m2), yang akan langsung menampung lebih dari satu juta komunitas perkotaan.

“Pekerjaan fisik sudah dimulai sejak Januari 2016 dan sebanyak 50 gedung siap dihuni mulai Desember 2018,” ujar Ketut.

Untuk hunian dengan harga terjangkau, Meikarta menawarkan mulai dari Rp127 juta yang dapat dicicil selama 20 tahun. Dengan harga yang relatif bisa dijangkau pekerja dengan upah minimum provinsi DKI Jakarta maupun upah minimum kabupaten (UMK) Jawa Barat itu, para pekerja yang memang membutuhkan hunian murah di Cikarang.

Foto udara kawasan Central Park di kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Kawasan yang bersebelahan langsung dengan tol Jakarta-CIkampek ini, telah membangun central park, yakni sebuah taman terbuka hijau seluas 100 hektar. Taman ini memiliki berbagai tanaman, lengkap dengan kebun binatang mini hingga jogging track.KOMPAS.com / RODERICK ADRIAN MOZES Foto udara kawasan Central Park di kawasan Kota Baru Meikarta, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (4/9/2017). Kawasan yang bersebelahan langsung dengan tol Jakarta-CIkampek ini, telah membangun central park, yakni sebuah taman terbuka hijau seluas 100 hektar. Taman ini memiliki berbagai tanaman, lengkap dengan kebun binatang mini hingga jogging track.

Berdasarkan data Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) pada tahun 2015, jumlah angka kebutuhan rumah atau backlog sebesar 11,37 juta. Dari jumlah tersebut 1,27 juta di antaranya berada di Jakarta.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia Hari Ganie menyebut, kenaikan harga tanah di Jakarta termasuk salah satu yang tertinggi dibandingkan dengan kota besar lain di Asia.

"Kita tahu harga tanah di Jakarta saja itu saya denger dari survei itu naik antara 22 sampai 33 persen per tahun. Itu tertinggi di Asia," kata Hari.

Hal itu juga diperkuat oleh pendapat Direktur Eksekutif Jakarta Property Insitute Wendy Haryanto kepada KompasProperti, Selasa (22/11/2017).

"Memang betul kenaikan harga tanah itu tinggi di Jakarta, karena demand-nya itu besar pada jangka waktu yang pendek. Ini drive-nya banyak, demand-nya tinggi, tapi supply-nya terbatas," ujar Wendy.

Baca: Berkat Business and Commercial Hub, Meikarta Jadi Area Bisnis Baru

Berdasarkan hal itulah, lanjut Ketut, potensi terserapnya pasokan hunian baru dan terbangunnya kawasan bisnis baru akan menjadi kekuatan Meikarta. Potensi itu makin menguat karena didorong oleh masih lesunya bisnis properti di Indonesia.

Data Colliers International Indonesia memaparkan, dari total pasokan apartemen baru sebanyak 15.277 unit, yang terserap baru 85,6 persen. Padahal, jumlah pasokan itu jauh lebih rendah seperti yang diproyeksikan oleh Colliers International Indonesia pada awal tahun sekitar 21.167 unit.

Berdasarkan riset medio Oktober 2017 lalu, banyak investor menahan uangnya. Sementara itu, pembeli atau end user kesulitan untuk membeli karena terbentur tingginya uang muka atau down payment (DP) dan cicilan per bulan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Chairman Lippo Group James Riady menekan tombol sirine sebagai tanda penutupan atap dua apartemen Meikarta, Minggu (29/10/2017). Kompas.com/Erwin Hutapea Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Chairman Lippo Group James Riady menekan tombol sirine sebagai tanda penutupan atap dua apartemen Meikarta, Minggu (29/10/2017).

Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto menjelaskan, ada dua pasar yang aktif yakni kelas menengah ke bawah yang sensitif terhadap DP dan cicilan per bulan serta suku bunga Bank Indonesia.

Kedua adalah kelas menengah atas yang merupakan investor. Mereka akan berpikir ulang untuk membeli apartemen baru terlebih bila pasar sewa juga belum pulih seperti saat ini.

"Harga sewa sekarang kan pakai Rupiah, sehingga kalau mereka sudah punya apartemen, sedangkan rental  market belum bangkit, untuk apa beli lagi?" katanya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com