Advertorial

Menteri Rudiantara : Startup Sukses, Bakal Ada Lima Unicorn Indonesia di 2019

Kompas.com - 27/11/2017, 22:02 WIB

Bareksa.com - Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemKominfo) terus aktif berpartisipasi mendorong perusahaan rintisan (startup) agar dapat memperbesar skala bisnis dan perusahaannya.

Kementerian berharap pada 2019 bakal ada lima unicorn, yaitu perusahaan digital yang nilai valuasi perusahaannya telah mencapai US$1 miliar, asal Indonesia.

Di Indonesia sudah terdapat tiga unicorn, yakni Go-Jek, Traveloka dan Tokopedia.

Kemkominfo berharap pada 2019 bakal ada lebih dari lima unicorn di Tanah Air. Artinya bakal ada minimal dua perusahaan rintisan yang memiliki modal lebih dari US$1 miliar dalam 2 tahun mendatang.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menyatakan kementerian dan pelaku bisnis di perusahaan rintisan telah mengamati sejumlah startup di Indonesia. Hasilnya, terdapat 44 startup yang berpotensi menjadi unicorn di masa mendatang.

Menurut Rudiantara, prospek perkembangan startup di Indonesia masih bagus. Sebab success rate startup di Indonesia telah meningkat jadi 4 persen. Artinya apabila ada 1.000 startup, maka 40 di antaranya berpotensi untuk sukses.

Bagaimana potensi industri startup dan peluangnya? Berikut petikan wawancara Bareksa dengan Menteri Rudiantara, di Jakarta, Senin, 20 November 2017;

Saat ini ada banyak startup, beberapa di antaranya sudah besar. Apakah startup kecil masih bisa berkembang di tengah persaingan?

Success rate dari startup indonesia mungkin sekitar 4 persen sekarang, sudah membaik. Success rate artinya, dengan adanya 1.000 startup maka yang jadi itu mungkin 40 startup, itu fakta hidup. Mungkin nanti success rate bisa meningkat jadi 5 persen.

Tetapi, bisa berkembang atau tidaknya startup tergantung kepada masing-masing. Bagaimana startup tersebut mencari pendanaan sampai ronde berikutnya, seperti series A, series B hingga series-series berikutnya. Tergantung startup tersebut mau bergerak di mana, mau bergerak di kota tertentu, skala nasional atau skala internasional.

Seperti Traveloka, dia sudah go international, bahkan sudah melewati salah satu di antara Agoda dan Booking.com. Jadi sukses atau tidaknya itu tergantung visinya, mau berada di skala mana. Karena teknologi digital ini memberi peluang tidak ada batas di dunia, jadi kalo mau besar ya besar di kelas dunia.

Success rate startup sebelumnya berapa?

Success rate pada Tahun 2015 yang saya pelajari hanya di kisaran 2-2,5 persen, sekarang membaik. Membaiknya success rate startup karena metode perusahaan-perusahaan itu juga membaik, misalnya market validation lebih bagus, metode financial plan juga lebih bagus dan lain sebagainya.

Saat ini sudah banyak startup yang muncul, apa ada potensi konsolidasi antar startup Indonesia, misalnya merger atau akuisisi?

Yang ada saat ini kolaborasi, contohnya yang sudah pasti seperti Hello Doctor. Ada sebanyak 16.000 dokter dalam aplikasi tersebut, Jadi kita bisa konsultasi kesehatan dengan dokter di situ. Kemudian setelah konsultasi selesai, obatnya dapat dikirim via Go-Jek. Itu bukti kolaborasi antar aplikasi.

Apa kolaborasi itu berkoordinasi dengan kementerian?

Enggak, karena itu bisnis. Mereka itu lebih cepat daripada pemerintah, jadi pemerintah jangan mengganggu. Pemerintah hanya menyiapkan koridor saja. Pemerintah bertugas menyiapkan ruang untuk inovasi seluas-luasnya. Baru kita jadi bangsa pemenang, jangan dikungkung.

Bagaimana support pemerintah untuk startup pertanian?

Saat ini justru Kemkominfo yang membawa startup pertanian seperti Tani Hub dan 8villages Kementerian Pertanian. Petani sekarang justru memikirkan bagaimana dapat dibantu industri digital.

Saya bicara dengan Pak Amran (Menteri Pertanian). Pak Amran bahkan meminta orang untuk menjadi direktur. Di Kementerian Pertanian ada satuan kerja yang khusus menangani penyuluh di lapangan. Penyuluh itu jumlahnya ribuan, bahkan lebih dari 10 ribu. Tentu itu susah jika hanya berpatokan pada penyuluh lapangan secara fisik.

Sekarang, di forum digital Tani Hub ada belasan ribu ahli pertanian, bahkan kalau tidak salah ada 1.300 doktor dari berbagai universitas menjadi advisor di situ. Jadi, jika saya punya tanah 2 hektare, saya bisa konsultasi, berdasarkan lokasi tanah dan ketinggiannya, sebaiknya ditanami apa. Terus bisa berkonsultasi cara mencampur pupuk. Sampai sekarang saya masih suka ikutin forum itu.

Jadi yang menggerakkan pengembangan digital pertanian dari bawah?

Ya, penggeraknya dari bawah, dan startup 8villages bahkan sudah ada di Myanmar, itu startup asli Indonesia.

Bagaimana prospek startup sektor pertanian?

Potensinya sangat besar, suka atau tidak suka. Walau industri telah beralih sejak dari pertanian sampai sekarang ujungnya industri digital, tetapi pertanian masih menjadi core.

Kemkominfo masih berkoordinasi dengan Kementan?

Oh iya, Kemkominfo itu justru menjadi supporter masing-masing kementerian agar memanfaatkan teknologi digital untuk mengubah proses bisnis. Bukan mendigitalisasi, tetapi mengubah proses bisnis dengan memanfaatkan teknologi digital.

Apakah startup pertanian masuk dalam 44 startup potensial Indonesia?

Ada, beberapa masuk di situ.

Terkait registrasi ulang SIM card, sudah berapa yang meregistrasi ulang SIM card?

Sudah lewat 62 juta, yang sudah berhasil registrasi ada 62 juta SIM card. Jadi pemerintah yakin ini akan berjalan dengan baik.

Apakah nanti data registrasi ulang SIM card dapat dimanfaatkan untuk know your customer (KYC) financial technology (Fintech)?

Registrasi ulang itu hanya untuk operator. Operator tidak boleh memberikan data informasi tentang pelanggannya, ini hanya dikeep oleh operator untuk digunakan kepentingan sendiri.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com