Advertorial

Begini Cerita Para Start Up Bantu Sektor Pertanian dan Perikanan

Kompas.com - 28/11/2017, 18:43 WIB

Bareksa.com - Upaya Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemKominfo) mendorong arus teknologi ke sektor pertanian, peternakan dan perikanan mulai membuahkan hasil. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menyatakan telah membawa startup pertanian seperti TaniHub dan 8villages ke Kementerian Pertanian. (Baca juga : Menteri Rudiantara : Startup Sukses, Bakal Ada Lima Unicorn Indonesia di 2019)

Hasilnya tercipta forum digital yang membantu para penyuluh-penyuluh Kementerian Pertanian dapat saling berkonsultasi masalah-masalah pertanian di masing-masing daerah yang memiliki perbedaan kondisi geografis.

Ujungnya para penyuluh ini dapat memberikan konsultasi lebih mendalam kepada petani di daerahnya. Seperti konsultasi soal jenis tanaman apa yang paling cocok untuk ditanami, sehingga membuat tingkat kesuksesan panen menjadi lebih tinggi.

Melihat hasil nyata ini, Rudiantara, optimistis terhadap potensi sektor pertanian dan perikanan bagi para startup.

CEO TaniHub, Ivan Arie Sustiawan, menegaskan hal senada. Menurut dia, jumlah lahan pertanian, peternakan dan perikanan yang belum digarap masih banyak.

Lahir dari sebuah event startup di 2015, TaniHub menjadi salah satu startup yang sukses di sektor pertanian. Awalnya, TaniHub hanya sebuah startup yang membantu jalur distribusi  agar para petani dapat berjualan langsung hasil panennya.

Namun kemudian TaniHub berkembang dengan menghadirkan forum penyuluhan dan layanan pendanaan bagi petani yang dinamakan TaniFund.

Tiga Kunci Kesuksesan TaniHub

Menurut Ivan yang juga co-Founder TaniHub, terdapat tiga kunci kesuksesan TaniHub, yaitu:

1. Merekrut orang yang tepat dan berpengalaman yang mampu bekerja dalam suatu tim kecil tapi solid serta memiliki jaringan yang luas baik di dunia pertanian, perikanan dan peternakan maupun pengembangan teknologi terkini.

2. Membangun kepercayaan dengan key stakeholder seperti petani, pembeli domestik maupun luar negeri, pemerintah, dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang pertanian untuk berkolaborasi membangun dunia usaha pertanian, perikanan dan peternakan yang modern dan terintegrasi dengan dukungan sistem aplikasi ecommerce dan crowdlending yang andal.

3. Menerapkan strategi digital marketing dan offline marketing yang efektif dan efisien untuk mengejar pertumbuhan yang tinggi.

Gambar: Salah Satu Promosi Aplikasi TaniHub 

Diakui Ivan, bantuan dari pemerintah melalui lembaga-lembaga pemerintahan sudah dirasakan namun belum optimal. Hal itu mengingat TaniHub baru beroperasional kurang dari 2 tahun. Sehingga, kata dia, masih butuh waktu lebih lama untuk melakukan optimalisasi dalam koordinasi dan kolaborasi dengan beberapa lembaga pemerintah. 

Startup Sektor Perikanan

Sementara itu di sektor perikanan, salah satu startup yang baru mulai berdiri adalah JALA. Co-Founder JALA, Liris Maduningtyas, menceritakan kisah bagaimana startup ini terbentuk. Menurut Liris, idenya berasal dari Hanry Ario yang juga co-Founder JALA dan sebelumnya telah menjadi penambak udang selama 16 tahun.

Awalnya Ario bertambak udang windu di Pekalongan. Namun sayang bisnis udangnya belum maksimal dan kemudian diterpa penyakit udang yang menyebabkan gagal panen. Lalu pada tahun 2013 awal, dia mulai bertambak lagi, kali ini udang vanamei di Bantul, dengan hasil yang cukup baik, namun tidak stabil.

Ario tidak ingin mengulang hal yang sama saat dirinya bertambak di Pekalongan, yaitu manajemen air yang tidak terkontrol. Sebab air merupakan elemen utama dalam kesuksesan budidaya udang. Hal ini menginspirasi Ario untuk membuat sistem monitoring IoT (Internet of Thing). Lalu terbentuklah tim Blumbangnreksa pada awal 2015, yang kini menjadi JALA.

Pada 2016, JALA melakukan market survey ke 100 petambak di Jawa-Bali-Madura dan menemukan problem yang hampir mirip dengan permasalahan yang dihadapi Ario.

Tim JALA memandang penyebabnya adalah teknologi di perikanan yang kurang begitu maju dibandingkan di bidang lainnya, misalnya pendidikan atau kesehatan. Hadirnya teknologi yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani (baik udang maupun perikanan lainnya), sangat berprospek tinggi, apalagi Indonesia adalah negara maritim.

Dengan adanya teknologi yang dibangun oleh JALA telah digunakan oleh puluhan penambah di area sekitar Bantul, Purworejo, Tegal, Brebes, Cilacap, dan Subang. Saat ini JALA masih dalam proses untuk memperoleh dukungan dari Kementerian Kelautan dan Perikana (KKP) dan juga kerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) DIY.

Liris optimistis prospek startup di sektor perikanan ini masih akan cemerlang. "Sebab kehadiran startup akan mendorong industri perikanan menjadi lebih sustainable yang nantinya akan berdampak pada sustainable food industry," tambah Liris. 

Edukasi kepada Petani dan Nelayan

Guna mendorong terciptanya ekosistem digital di industri pertanian dan perikanan yang berkesinambungan dengan para pelaku startup, KemKominfo melakukan edukasi kepada petani dan nelayan.

Salah satunya membuat rangkaian Festival Desa TIK (Destika) yang diadakan pada akhir November 2017. Dalam acara itu terdapat aktivitas workshop petani go online yang diikuti oleh 100 orang petani dan masyarakat sekitar lokasi di Pemalang, Jawa Tengah.

Hingga akhir tahun ini, KemKominfo menargetkan 300.000 nelayan dan petani telah go online

Direktur Pemberdayaan Industri Informatika, Septriana Tangkary, mengatakan sudah ada 180 desa yang menerapkan program edukasi petani go online tahun ini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau