Advertorial

Inilah Lima Proyek Migas yang Jadi Proyek Strategi Nasional

Kompas.com - 29/11/2017, 10:02 WIB

Indonesia terus berusaha mengelola sumber daya minyak dan gas bumi (migas) dengan maksimal di tengah kebutuhan energi yang semakin meningkat. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan menetapkan lima proyek industri hulu migas sebagai proyek prioritas strategis nasional.

Kelima proyek ini dinilai memiliki peran sentral untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan di Indonesia. Proyek strategis ini bukan hanya berkontribusi dalam penerimaan negara, tetapi juga mendukung perekonomian nasional dengan merangsang keterlibatan antar sektor. Dengan pembangunan proyek ini pun diharapkan kesejahteraan dan pembangunan daerah itu turut meningkat.

Proyek ini ditetapkan melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2017 (Perpres No 58 tahun 2017) yang efektif sejak 15 Juni 2017 lalu setelah dikaji oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas. Dengan adanya penetapan ini, maka penyelesaian kelima proyek itu harus dipercepat. Kelima proyek strategis tersebut adalah:

 1.  Lapangan Jangkrik

Proyek gas bumi ini terletak di Selat Makassar dan menjadi bagian dari Wilayah Kerja Muara Bakau. Proyek yang dioperasikan Eni Muara Bakau B.V ini telah mulai beroperasi sejak Mei 2017 lalu (enam bulan lebih awal dari target). Lapangan ini menghasilkan 600 juta kaki kubik gas (MMSCFD) dan 3200 barrel kondensat (BCPD) setiap harinya.

Gas ini lalu disalurkan ke Kilang LNG Badak di Bontang, Kalimantan Timur. Setengah dari produksinya pun digunakan untuk memasok kebutuhan dalam negeri. Nilai investasinya mencapai 3,77 miliar dollar AS sebagai modal dan  1,36 miliar dollar AS untuk operasi. Nilai itu pun sudah termasuk biaya pembangunan fasilitas sebesar 2,6 miliar dollar AS.

2.  Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD)

IDD adalah proyek pengembangan lima lapangan laut dalam di Selat Makassar yaitu Bangka, Gehem, Gendalo, Maha, dan Gadang. Lapangan Bangka telah mulai beroperasi Agustus 2017 lalu dan menghasilkan 100 MMSCFD gas dan 4000 BCPD kondensat.

Dioperasikan oleh Chevron Rapak Ltd, dua sumur bawah laut Lapangan Bangka terhubung ke West Seno, sebuah unit terapung yang menyalurkan produksi ke terminal Santan dan Bontang untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Fasilitas Produksi terapung West Seno di Lapangan Bangka. Saat ini fasilitas ini memiliki kapasitas 150 MMSCFD untuk gas dan 60.000 BOPD untuk kondensat. Fasilitas Produksi terapung West Seno di Lapangan Bangka. Saat ini fasilitas ini memiliki kapasitas 150 MMSCFD untuk gas dan 60.000 BOPD untuk kondensat.

3. Pengembangan Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru

Lapangan gas ini terletak di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur dan merupakan gabungan wilayah kerja Cepu dan Pertamina EP. Cadangan gasnya mencapai 2 triliun kaki kubik (TCF) dan memegang predikat proyek gas on shore terbesar di Indonesia dalam 10 tahun terakhir.

Saat ini PT Pertamina EP Cepu selaku operator terus membangun fasilitas produksi. Rencananya kapasitas lapangan ini akan mencapai 330 MMSCFD dan akan mulai beroperasi awal 2021 nanti. Biaya yang ditelan untuk pengembangan ini mencapai 1,547 miliar dollar AS dan belum termasuk biaya pembangunan pipa Gresik-Semarang dengan nilai investasi 515 juta dollar AS.

 4. Proyek Tangguh LNG Train 3

Tangguh Train 3 adalah satu dari dua final investment decision (FID) proyek LNG dunia yang diketok palu pada tahun 2016 (World LNG Report 2017). Nilai investasinya mencapai 8 miliar dollar AS dan dibuat tanggal 1 Juli 2016 saat harga minyak tengah terpuruk dan minat investasi pada proyek LNG yang mahal sedang rendah.

Proyek ini bertujuan untuk menambahkan satu fasilitas produksi LNG (train) di kilang LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat. Sebelumnya, dua train sudah beroperasi sejak 2009 dan mampu memproduksi 7,6 metric tons per annum (mtpa). Melalui proyek ini, produksinya ditargetkan meningkat menjadi 11,4 mtpa. 75 ersen produksi tahunan Train 3 ini akan dipasok ke PLN untuk memenuhi pasokan listrik tanah air. 20 MMSCFD gas pun akan dipasok ke Papua Barat untuk menyuplai 50 persen kebutuhan listriknya.

Fasilitas Kilang LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat. Saat ini sedang dilakukan konstruksi untuk menambah satu lagi train penghasil LNG sehingga kapasitas produksi bisa meningkat dari 7,6 mtpa menjadi 11,4 mtpa. Fasilitas Kilang LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat. Saat ini sedang dilakukan konstruksi untuk menambah satu lagi train penghasil LNG sehingga kapasitas produksi bisa meningkat dari 7,6 mtpa menjadi 11,4 mtpa.

5. Lapangan Abadi

Proyek ini adalah bagian dari wilayah kerja Masela, Laut Arafuru atau sekitar 650 kilometer dari Ambon. Karena lokasinya yang berada di wilayah perintis, pengembangan ini diharapkan dapat turut memupuk perekonomian di kawasan tersebut. Rencana pengembangannya pun terus dikembangkan oleh Inpex Masela Ltd selaku operator. (Adv) 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com