Advertorial

Menakar Peluang Keberhasilan Startup Baru di Tengah Eksistensi Para Unicorn

Kompas.com - 30/11/2017, 09:01 WIB

Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara berharap unicorn baru akan muncul dari perusahaan rintisan (startup) yang sudah berkembang maupun baru berdiri. Sebab kesuksesan startup mampu menjadi penggerak ekonomi digital dan disebut sebagai cara tercepat dalam pengembangan produk lokal dan penyerapan tenaga kerja domestik.

Pada Agustus 2017, Tokopedia mengumumkan telah memperoleh komitmen investasi US$1,1 miliar atau sekitar Rp14,3 triliun (asumsi kurs Rp14.300 per dolar AS) dari Alibaba Group. Pendanaan ini akan mendorong ekspansi yang dilakukan oleh Tokopedia yang pada akhirnya akan menimbulkan efek multiplier pada pertumbuhan transaksi e-commerce nasional.

Berdasarkan data Statista.com, pada 2016 saja Indonesia sudah memimpin nilai transaksi e-commerce di ASEAN yakni mencapai US$5 miliar, lebih dari dua kali lipat angka transaksi Singapura dan Malaysia.

Tantangan Bisnis Startup

Dibalik kesuksesan para startup yang sudah menjadi unicorn menjadi tantangan bagi para pelaku yang juga ingin terjun dalam bisnis startup.

Pieter Kemps, Vice President Sequoia Capital, salah satu perusahaan modal ventura yang memberikan modal pada pelaku startup mengatakan Indonesia sudah mengalami gelombang pertama dari perkembangan bisnis startup yakni pengembangan teknologi untuk menopang bisnis marketplace, transportasi, dan travel. Gelombang selanjutnya akan berasal dari bisnis industri lainnya.

Hal senada dikatakan oleh Wilson Cuaca, Managing Partners East Ventures yang melihat adanya gap cukup besar antara startup besar dan para startup baru. "Fintech akan tetap berkembang karena masih banyak masalah keuangan di Indonesia yang belum terselesaikan. Sedangkan e-commerce, peta persaingan dan siapa yang akan memenangkan kompetisi sudah mulai terlihat jelas", kata Wilson.

Tetapi Wilson masih optimistis terhadap perkembangan startup mengingat masih banyaknya masalah yang dihadapi Indonesia sehingga menjadi peluang bagi bisnis startup di tanah air.

Nilai Tambah

Kevin Darmawan, Managing Partner Coffee Ventures, memberikan tips bagi para pelaku startup baru. "Bila kamu tidak bisa menghadirkan sesuatu yang benar-benar baru, maka cobalah membuat layanan yang serupa, namun dengan nilai tambah yang berbeda," ungkap Kevin.

Dengan memberikan nilai tambah, maka startup tersebut berpotensi diakuisisi oleh para startup besar dan juga akan mampu menggaet pasar berbeda.

Sebagai contoh dengan adanya perkembangan e-commerce dan fintech saat ini akan mempunyai efek positif terhadap sektor bisnis lain. "Apabila sudah banyak orang yang menggunakan aplikasi mobile untuk melakukan pembayaran, mereka tentu akan lebih mudah melakukan transaksi di layanan lain seperti di bidang lifestyle, inilah yang bisa jadi potensi bagi para pelaku startup baru," tambah Kevin.

Gerakan 1000 Startup

Sementara program pemerintah seperti Gerakan 1000 Startup dinilai belum bisa langsung dirasakan hasilnya. Sebab program ini masih baru. Ke depan, pemerintah tidak hanya mensosialisasikan bagaimana cara membuat startup tetapi juga membuat program yang akan membantu startup mempertahankan bisnis secara berkelanjutan.

Karena itu dalam Gerakan 1000 Startup, Kementerian Komunikasi dan Informatika menggandeng Kibar, salah satu pelaku yang biasa menangani pendanaan untuk startup. Selain modal, dalam program Gerakan 1000 Startup juga diberikan pelatihan agar Indonesia memiliki sumber daya manusia berkualitas yang membantu pengembangan startup.

Selain itu, Rudiantara melihat hambatan lain yang perlu difasilitasi pemerintah seperti penyederhanaan pajak, sistem keamanan, perlindungan konsumen, logistik dan infrastruktur komunikasi. Pemecahan masalah-masalah tersebut telah tertuang dalam peta jalan e-commerce Indonesia, sehingga Kemkominfo akan lebih mudah berkoordinasi dengan Kementerian dan Lembaga lain yang terkait menangani itu

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com