Advertorial

Pahami Kebenaran Mitos Investasi Agar Tak Menelan Kekecewaan

Kompas.com - 04/12/2017, 16:00 WIB

Sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan keuangan masa depan, investasi tengah menjadi primadona. Ada banyak alasan mengapa investasi tengah naik daun sebagai bagian dari pengelolaan keuangan. Banyaknya pilihan instrument investasi yang disesuaikan dengan kebutuhan calon investor pun menjadi salah satunya.

Meskipun banyak peminatnya, tak semua orang memahami betul bagaimana instrumen investasi bekerja. Setiap jenis investasi memerlukan waktu dan perhatian berbeda agar menghasilkan imbalan yang maksimal. Sayangnya, masih banyak investor yang berpegang kepada mitos investasi yang tak sepenuhnya benar. Alhasil, sering timbul rasa kecewa karena ekspektasi yang tak terpenuhi.

Salah satu mitos yang paling sering berhembus adalah bahwa investasi selalu memberikan keuntungan lebih. Mengembangkan dana memang menjadi tujuan utama investasi, namun tak semua instrumen memastikan imbal hasil maksimal. Ketahuilah bahwa faktor tren industri, kondisi ekonomi, dan iklim investasi saham pun turut mepengaruhi perkembangannya.

Kurangnya pemahaman tentang produk investasi pun membuat investor percaya bahwa tak ada perbedaan pada setiap instrument investasi. Saham, obligasi, reksa dana, emas, hingga properti sudahtentu memiliki perbedaan yang signifikan. Diperlukan pemilihan instrumen yang tepat agar tujuan keuangan bisa tercapai. Sebagai contoh, jika ingin investasi jangka pendek, maka pilihlah investasi berupa deposito.

Mitos lainnya adalah soal reksa dana yang disebut-sebut tidak akan menderita kerugian. Sebagai instrument yang dikelola oleh ahli investasi, reksa dana memang terbilang jauh lebih aman. Namun, perkembangan reksa dana tergantung pada pemilihan manajer investasi yang mengelolanya. Agar imbal hasil maksimal, pastikan memilih manajer investasi yang memiliki rekam jejak baik dan produk reksa dana yang tepat.

Dinamika adalah hal yang lazim terjadi di pasar saham. Karenanya, kuatkan mental dan sikapi perubahan itu dengan tenang. Investor cenderung panik dan melakukan aksi jual ketika harga sahamnya turun. Padahal, peurunan harga saham adalah momentum yang baik untuk membeli kembali. Sebelum bertindak, ada baiknya perhatikan dulu pergerakan dan kondisi saham.

Dalam berinvestasi, bukan modal besar yang dibutuhkan, melainkan kecermatan dan perhitungan. Mitos yang beredar mengesankan bahwa investasi hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki banyak uang. Pada kenyataannya, investasi reksa dana bisa dilakukan mulai dari Rp 100 ribu saja. Selain reksa dana, investasi emas pun bisa dilakukan dengan cicilan melalui lembaga nonbank seperti Pegadaian.

Modal saja tidak cukup untuk terjun ke dunia investasi. Diperlukan pengetahuan dan wawasan yang cukup agar investasi membuahkan hasil maksimal. Dengan mengetahui kebanaran dari mitos-mitos ini, setidaknya investor tahu sebesar apa potensi investasi dan langkah yangharus diambil untuk mencapainya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com