Advertorial

Fenomena Ekonomi Digital dan Ekonomi Waktu Luang serta Peluangnya (2)

Kompas.com - 15/12/2017, 11:30 WIB

Menurut Yuswohady, aset berharga dalam memanfaatkan peluang ekonomi digital dan ekonomi waktu luang adalah waktu. Generasi milenial cenderung mengutamakan emosional subjektif dan rasional objektif dalam bertindak. Sehingga para pelaku bisnis harus menciptakan momen yang sesuai. 

"Momen yang membuat si customer senang. Itu value-nya bagi mereka (emotional subjecive). Di transportasi online contohnya, itu rational objective, pertimbangan logika. Buat apa naik angkot berbelit-belit ngabisin waktu sementara ada transportasi online yang murah dan cepet," ujar dia.

Yuswohady mengungkapkan ada tiga kategori yang berisi 9 nilai yang bisa dipilih dan dikombinasikan oleh para pelaku bisnis dalam menjawab tantangan ekonomi digital dan ekonomi waktu luang.

Pada kategori kemanfaatan (utility), pelaku bisnis bisa menawarkan fitur untuk menunjang kehidupan seseorang, seperti layaknya sejumlah fitur yang ada di smartphone. Selain itu, pelaku usaha juga bisa menawarkan benefit (moment of satisfaction) atau solusi (moment of transformation) bagi para konsumennya.

Untuk kategori pengalaman (experience), sebuah bisnis harus bisa mendorong orang lain untuk bertindak kreatif (moment of creativity), membangun momen kebahagiaan (moment of happiness) dan larut dalam menikmati produk atau jasa sebuah merek (moment of absorption).

Kategori terakhir, hubungan (connection). Pelaku usaha bisa menciptakan ruang ekspresi (moment of expression), mendorong seseorang untuk memperoleh pengakuan dari orang lain (moment of recognition) dan membangun usaha yang bermakna (moment of significance) bagi konsumennya. Menurut Yuswohady, usaha yang bermakna merupakan usaha yang terbaik, karena selain membangun makna bagi konsumennya, usaha dengan nilai ini cenderung mampu memberdayakan masyarakat sekitarnya.

"Contoh kafe Filosofi Kopi itu keuntungannya dibagi secara adil ke petani kopi. Produk Body Shop mahal karena keuntungannya juga dibagi ke petani di beberapa negara Afrika," ungkapnya. (Adv) 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com