Advertorial

Mencuri Peluang Bisnis dalam Ekonomi Waktu Luang

Kompas.com - 15/12/2017, 15:00 WIB

Fenomena ekonomi waktu luang (leisure economy) menimbulkan pergeseran perekonomian di Indonesia saat ini. Hal itu disebabkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia dari belanja barang ke belanja pengalaman. Vice President Brand and Communication Panorama Group AB Sadewa menceritakan kenekatan Panorama selaku penyedia jasa travel merebut pasar ketika krisis besar-besaran di tahun 1998.

"(Pada tahun)1998 waktu setelah kerusuhan semua orang takut jalan-jalan, mereka lebih memilih menyimpan uang mereka. Waktu itu Panorama gila, lagi rame-rame orang simpan uang,  kami bikin iklan di Bisnis Indonesia, Kompas, dan Suara Pembaharuan. Kami merebut pasar ketika situasi lagi buruk," kata Sadewa dalam Entrepreneurs Talk yang digelar PT Bank Central Asia, Tbk di Menara BCA, Jakarta, Sabtu (9/12/2017).

Sadewa melihat fenomena ekonomi waktu luang di masa kini membuat perkembangan bisnis semakin kompleks. Sebab, Panorama harus bersaing dengan para agen travel online yang menawarkan berbagai kemudahan dan program yang menarik. Daripada 'melawan' para agen travel online, Sadewa lebih melakukan kustomisasi produk yang ditawarkannya.

"Apa yang dijual OTA (online travel agent) hari ini komponen seperti tiket pesawat, kereta api, promo hotel. Kami jual di kustomisasi, jual paket tur, jual momen, jual pengalaman," kata dia.

Untuk meningkatkan pemahaman kebutuhan generasi masa kini, Sadewa menuturkan saat ini Panorama memiliki jumlah pegawai muda sebesar 60 persen dari total yang ada. Sadewa mengakui, peranan karyawan muda mampu memberikan pandangan baru terkait gambaran kebutuhan wisata generasi milenial.

"Kami manfaatin kalangan muda.  Kami jadi tahu insight mereka, kalau mau jalan mereka bakal kesana atau kemari. Jadi hal ini mendukung kami untuk bikin program baru yang lebih menarik," ujarnya.

Sadewa menilai di tengah populernya media sosial seperti Instagram dan Facebook mendorong generasi milenial memanfaatkan wisata sebagai ajang untuk memperoleh pengakuan dari orang lain melalui likesshares, dan comments.

"Dari sisi brand harus melihat market milenial sebagai ajang untuk memviralkan (produk bisnis) kita," ujarnya.

Generasi milenial juga memperoleh akses wisata yang serba cepat, instan dan praktis, sehingga penyedia jasa travel harus mengombinasikan unit bisnis online dengan unit bisnis offline. (Adv) 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com