Advertorial

Anak Muda Mampu Membangun Bisnis yang Bermakna bagi Masyarakat

Kompas.com - 18/12/2017, 11:30 WIB

Anak-anak muda Indonesia memiliki kreativitas yang tinggi dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Produser film Filosofi Kopi, Handoko Hendroyono, menilai potensi kekayaan sumber daya alam dan kebudayaan Indonesia bisa menjadi kombinasi peluang bisnis menarik yang bisa dikembangkan anak muda Indonesia.

Handoko mencontohkan, bagaimana seluruh elemen bisnis Filosofi Kopi seperti film, pakaian, dan kafenya menyuarakan kecintaan akan kopi di Indonesia.

"Kami ingin angkat kopi. Di Aceh, kopi itu membentuk ruang damai waktu konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Kami harus punya kekuatan percakapan. Tak sekadar menikmati kopi Nusantara, kopi Indonesia harus kami majukan," kata Handoko di Entrepreneurs Talk yang digelar PT Bank Central Asia, Tbk di Menara BCA, Jakarta, Sabtu (9/12/2017).

Selain mencari keuntungan bisnis, Handoko mengatakan Filosofi Kopi dan sejumlah kafe kopi lainnya membagi keuntungannya secara adil (fair trade) dengan para petani kopi yang menjadi mitra bisnis. Tak cuma itu, para pelaku bisnis kafe kopi juga harus bertanggung jawab menyelesaikan persoalan kopi di Indonesia.

"Ada juga concern spesifik, misalnya di Melawai, kami ingin menaikkan satu wilayah yang mati jadi hidup. Yogyakarta juga gitu, akhir bulan ini kita kolaborasi dengan teman di Yogyakarta mengangkat makanan tradisional dan kopi," kata dia.

Selain itu, membangun kemampuan berkisah melalui konten kreatif juga penting dalam menciptakan bisnis yang bermakna. Handoko mencontohkan, dengan kehadiran novel Filosofi Kopi karya Dee Lestari, dan karakter Ben dan Jody dalam film layar lebar, Filosofi Kopi mampu menyuarakan berbagai aspirasi pelaku bisnis kopi mulai dari pebisnis, barista, penjual alat pembuat kopi, hingga para petaninya.

"Selama ini superhero seperti Iron Man, Superman lebih lekat dengan telinga kita. Melalui Filosofi Kopi, suara local herokita akan semakin bunyi, merekalah pahlawan di bidangnya, mereka yang lebih dekat dengan kita," ungkap dia.

Handoko juga menekankan pentingnya menyebarkan kebaikan dalam berbisnis. Ia mencontohkan, bisnis Lampuruna yang dilakukan oleh Intan Pradina dan Noro Ardanto, mampu memberdayakan para pengrajin wayang golek di Subang, Jawa Barat. Kebudayaan juga mampu berperan dalam diplomasi antar-negara.

"Kita ini kaya dengan modal kreatif, kita punya budaya bagus, punya market kuat, jadi harus dimanfaatkan," katanya.

Selain itu, jika ingin membangun unit usaha di berbagai daerah, Handoko menekankan pentingnya penyesuaian tempat usaha dengan kondisi lingkungan sosial dan kebudayaan setempat. Menurutnya, variasi tempat sesuai dengan unsur kedaerahan cenderung memiliki daya tarik tersendiri.

"Kami sekarang hampir selesai di Semarang, kami enggak mau seragam, jadi harus beda menyerap energi budayanya Semarang. Lain sama sekali, experience-nya harus berbeda sama sekali," pungkasnya.

Handoko menyimpulkan bahwa generasi milenial adalah generasi yang bisa memberdayakan berbagai kelompok masyarakat untuk membangun bisnis yang bermakna secara universal. (Adv)

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com