Advertorial

Menyiasati Pengeluaran KPR dan Konsumsi agar Tetap Bisa Berinvestasi

Kompas.com - 20/12/2017, 14:00 WIB

Setiap orang memiliki pola pengeluaran yang berbeda-beda. Secara umum pos pengeluaran yang porsinya paling besar adalah untuk konsumsi, baik secara tunai maupun berupa cicilan. Pembiayaan KPR, transportasi, dan biaya makan sehari-hari pun disebut sebagai pengeluaran yang paling menguras kantong.

Hal ini pun dibenarkan oleh miliarder Grant Sabatier yang menyebutkan bahwa 70 persen generasi muda di Amerika Serikat (AS) menggunakan sebagian besar uangnya untuk kebutuhan itu.

Penghasilan mereka pun semakin terkuras setelah ditambah pajak, asuransi, dan pengeluaran lainnya. Menurut Sabatier, ada beberapa trik yang bisa menolong neraca keuangan setiap bulan terkait pengeluaran ini.

Rintangan soal cicilan pembiayaan rumah atau KPR adalah hal yang umum dialami oleh anak muda. Hal ini terjadi karena mayoritas menghabiskan 30 persen dari penghasilannya untuk cicilan rumah.

Sabatier menyarankan untuk berkonsultasi dengan bank dan menghitung ulang skema pembiayaan (refinancing) KPR tersebut. Jika jumlahnya bisa diturunkan menjadi 25 persen saja, maka 5 persennya bisa digunakan untuk dana pensiun atau investasi.

Selain rumah, pembiayaan transportasi bagi anak muda adalah pengeluaran terbesar nomor dua. Sebuah hasil survey yang dilakukan Biro Statistik Tenaga Kerja AS pun mengungkap hal serupa. Besaran cicilan kendaraan bermotor hampir sama dengan dengan cicilan KPR.

Memiliki kendaraan pribadi memang hal yang menyenangkan. Namun usahakan agar cicilannya tidak terlal panjang. Sebaiknya jangan mengambil tenor lebih dari tiga tahun. Bila memungkinkan, tunda mengambil cicilan dan menabunglah untuk membeli kendaraan secara tunai. Selain harganya yang berbeda jauh, pembelian secara tunai juga menghilangkan beban utang di masa mendatang.

Terakhir adalah tentang pengeluaran untuk makan sehari-hari. Penelitian Business Insider mengungkap bahwa biaya makan bisa mencapai 43 persen dari total pengeluaran. Hal ini semakin diperparah dengan kebiasaan makan berdasarkan gaya hidup daripada kebutuhan. Inilah yang membuat pengleuarang makan setiap bulan menjadi membengkak.

Solusinya, biasakan diri untuk menahan konsumsi yang tidak substansial. Kurangi belanja makanan ringan atau makanan manis yang sebetulnya tidak dibutuhkan oleh tubuh. Membeli suplemen dan vitamin pun tidak perlu dilakukan karena nutrisi itu bisa didapatkan dari makanan segar. Misalnya dengan membeli buah dan sayuran segar yang sedang musim sehingga harganya lebih murah.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com