Advertorial

Pahami Era Disrupsi Bisnis Digital Agar Tak Gulung Tikar

Kompas.com - 27/12/2017, 17:00 WIB

Modernitas dan perkembangan teknologi yang pesat, memaksa banyak pengusaha ritel konvensional gulung tikar. Konsumen mereka kini lebih memilih berbelanja di ritel daring. Pemilik bisnis transportasi non-daring juga sama meruginya, karena jasa angkutan berbasis online lebih mudah diakses oleh pelanggan.

Kebangkrutan dan kebangkitan dua model bisnis itu adalah gambaran era disrupsi digital. Era ini akan mematikan siapa saja yang enggan atau tak siap berubah.

Meski berkesan kejam, menurut Rhenald Kasali, sebagaimana dikutip dari Smart-money.co, disrupsi memberikan tiga janji, yang tak seutuhnya negatif dan sebetulnya dapat diantisipasi.

Disrupsi, kata Guru Besar Universitas Indonesia itu, menjanjikan korban yang tak cepat beradaptasi terhadap perubahan. Golongan ini gemar menyalahkan pihak lain, sementara tetap membentengi dirinya dalam keadaan stagnan.

Kendati mematikan pemain lama yang tak berubah, disrupsi juga senantiasa menciptakan dua jenis pasar dan lapangan pekerjaan baru yang lebih besar. Bagi Rhenald, ini merupakan janji disrupsi yang kedua, di mana akan muncul  low-end market dengan harga produk yang jauh lebih murah dan new market yang menyuguhkan bisnis serta tawaran baru.

Sedangkan, janji yang ketiga adalah tentang kesiapan Anda sebagai pemilik bisnis untuk meleburkan diri ke dalam strategi bisnis yang sesuai dengan era disrupsi. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) misalnya, yang menurut Rhenald merupakan salah satu role model. Perusahaan ini sukses menggunakan surplus untuk meremajakan diri dan beralih dari bisnis telepon kabel ke Telkomsel.

PT Jasa Marga juga termasuk contoh sukses, dalam kesanggupan mereka menghadapi elektronifikasi tol. Para pegawai yang biasanya duduk di dalam kubik, mengurus tiket di ruangan kecil yang tak dilengkapi toilet, menghirup asap knalpot, kini dipindahkan ke lokasi kerja yang lebih manusiawi.

Transformasi sumber daya manusia ini kemudian diarah Jasa Marga ke dalam lima pilihan. Mulai dari pindah ke kantor pusat, anak perusahaan, sampai menjadi mitra usaha. Dari contoh ini Rhenald menilai, adalah hal yang salah menganggap disrupsi akan membuat orang kehilangan pekerjaan. Karena secara fisik, mereka semua sebenarnya masih bekerja.

Karena itu, Rhenald menyarankan dua hal kepada Anda agar tetap kokoh di era disrupsi. Pertama, buatlah bisnis dan produk Anda relevan di mata pelanggan. Kedua, bentuklah diri Anda dengan keterampilan yang relevan dengan era ini, untuk membuat Anda terus bekerja selagi muda.

Sumber: Smart-money.co

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com