Menaker Kembali Ingatkan Urgensi K3 sebagai Budaya Kerja
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), M.Hanif Dhakiri, kembali mengingatkan kepada perusahaan dan pekerja akan pentingnya memastikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) berjalan dengan baik.
Hal tersebut disampaikan Menaker saat meninjau pembangunan terowongan kereta api Notog yang dikerjakan oleh PT PP (Persero) di Dusun Gandulekor, Desa Notog, Kecamatan Patikraja, Banyumas, Jawa Tengah, Tbk, Selasa 16 Januari 2018.
Menaker mengungkapkan kasus runtuhnya selasar di Gedung Bursa Efek Indonesia patut menjadi pembelajaran bersama, khususnya terkait kesehatan dan keselamatan kerja. “Masalah K3 harus terus menjadi perhatian dunia usaha,” ujarnya.
Demi menghindari terjadinya kecelakaan kerja atau penyakit yang ditimbulkan dari lingkungan kerja, semua pihak harus menjadikan K3 menjadi budaya kerja bangsa Indonesia.
Berbagai faktor K3 seperti kehati-hatian, pedisiplinan, kelengkapan alat keselamatan dan alat pelindung diri perlu diterapkan dalam perusahaan. “K3 harus menjadi bagian budaya kerja,” tegas Hanif.
-Ia juga menerangkan salah satu penyebab kecelakaan kerja ialah lemahnya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam perusahaan. Bila tidak ditangani, unit penanggung jawab K3 di perusahaan tidak berfungsi optimal.
Kalangan dunia usaha harus memaksimalkan pengawas K3 di tempat kerja. Terlebih pada pengerjaan proyek berisiko tinggi seperti pembuatan terowongan.
Oleh karena itu, Hanif berpesan agar investasi terhadap K3 di perusahaan, jangan dianggap sebagai beban. Investasi K3 justru merupakan hal penting bagi para tenaga kerja agar kasus K3 dapat diminimalisir.
Pemerintah tengah gencar melakukan pembangunan infrastruktur di berbagai bidang. Masifnya pembangunan infrastruktur ini, jelas Hanif, harus diimbangi dengan kesadaran K3, baik oleh perusahaan, pekerja maupun masyarakat lebih luas.
