Advertorial

Transformasi Digital ala Bank Mandiri

Kompas.com - 03/02/2018, 10:43 WIB

Bank berubah peran, ibarat “perusahaan TI” dengan izin perbankan.

Saat ini, kita berada pada masa yang sangat menarik. Terjadi banyak perubahan dalam waktu singkat dan pertukaran informasi terjadi sangat cepat, yang ini didukung ketersediaan teknologi serta kondisi pasar.

Di Tanah Air, diperkirakan terdapat sekitar 130 juta pengguna internet, 80 persen di antaranya memiliki satu atau lebih akun media sosial. Hal ini membuat Indonesia menempati peringkat keempat komunitas Facebook terbesar di dunia. Sementara itu, Jakarta menjadi salah satu kota dengan pengguna Twitter terbanyak di dunia. Dari segi infrastruktur, Indonesia saat ini memiliki sekitar 200 juta pengguna telepon seluler. Dari jumlah tersebut, sebanyak 40 persen di antaranya adalah pengguna telepon pintar (smartphone).

- -

Transformasi digital

Kemajuan teknologi seolah enggan melambat, dalam hal machine learning, blockchain, dan masih banyak lagi. Di satu sisi, fakta ini merupakan potensi bagi industri keuangan, terutama bank untuk menjangkau dan merangkul pasar yang lebih luas dan besar. Namun, di sisi lain, seiring dengan perkembangan industri, startup muncul sebagai pesaing perbankan.

Transformasi digital saat ini bukanlah pilihan, tetapi suatu keniscayaan. Transformasi digital harus dilakukan oleh setiap institusi perbankan jika tidak ingin ditinggalkan nasabah.

- -

Bank Mandiri sebagai raksasa di sektor perbankan Indonesia, menyiapkan sejumlah jurus untuk ikut serta dalam perkembangan tersebut. Oleh karena itu, Bank Mandiri mendirikan Mandiri Capital yang fokus menjadi perusahaan modal ventura yang akan membidik para entrepreneur ataupun startup yang inovatif dan potensial.

Bank Mandiri juga mendigitalisasi layanan seperti Mandiri e-Cash untuk mendukung strategi retail payment dan Mandiri Online untuk memenuhi kebutuhan transaksi keuangan masyarakat.

Secara umum, dengan melakukan transformasi digital, Bank Mandiri dapat mengoptimalkan tiga manfaat. Pertama, sistem pembayaran yang nasabah akan memperoleh layanan yang lebih cepat dan akses yang lebih mudah ketimbang harus ke kantor cabang. Kedua, biaya cost channel (kanal yang lebih murah). Ketiga, bank dapat melakukan penetrasi ke pasar yang baru dengan memanfaatkan data analytics untuk cross selling loan product.

Jika melihat perkembangan yang terjadi, semua ini mengarah ke era baru digitalisasi jasa keuangan. Ketersediaan teknologi  dan juga kesiapan pasar telah mendorong financial technology (fintech).

Sebagian besar fintech dibangun dengan memanfaatkan kekuatan internet dan ponsel di berbagai tempat. Fakta berikutnya, di Bank Mandiri, saat ini, ada sekitar 94 persen transaksi keuangan dilakukan nasabah melalui jaringan elektronik dan hanya 6 persen yang melakukan transaksi melalui kantor cabang.

Sementara itu, dari 94 persen transaksi yang dilakukan melalui internet banking relatif stagnan. Dari hal tersebut, kita melihat bahwa masyarakat kini mulai beralih dari internet banking menuju mobile banking. Bank Mandiri menyadari betul fenomena ini dan melakukan transformasi digital untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com