Advertorial

Wali Kota Surabaya Tegas Perangi Kekerasan Anak

Kompas.com - 08/02/2018, 10:01 WIB

Sekitar pukul setengah tujuh pagi, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama ratusan orang yang terdiri dari pelajar SD, para guru dan jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) menggelar Kampanye Peduli Anak di kawasan Taman Mayangkara (depan perpustakaan Bank Indonesia).

Wali Kota Risma yang menjadi inisiator kampanye peduli anak mengajak pelajar SD untuk lantang menyampaikan pesan dan himbauan kepada orang tua agar lebih peduli, memperhatikan dan mengayomi anak-anaknya.

“Anak anak kita se-Surabaya harus dilindungi dari situasi dan segi apapun. Jangan buat masa depan mereka hancur. Mereka ini masa depan bangsa,” kata Wali Kota Risma di sela-sela aksi, Senin (5/2/2018).

Menggunakan kemeja berwarna putih, Wali Kota Risma terlihat aktif dan semangat mengajak seluruh peserta yang hadir, khususnya pelajar SD untuk mengangkat spanduk berisi slogan-slogan positif yang ditujukan kepada orang tua agar lebih memperhatikan hak-hak anak.

“Bapak ibu, lihatlah wajah anak-anak ini.  Mereka adalah tunas-tunas bangsa, jangan sakiti anak-anak,” ujar Wali Kota Risma yang berdiri di atas trotoar bersama pelajar SD itu.

Menurut Wali Kota Risma, anak-anak yang mengalami kekerasan dinilai tidak kuat secara fisik. Oleh karena itu, ia meminta kepada seluruh elemen masyarakat agar lebih memperhatikan anak-anak. “Bukan lagi membeda-bedakan anak kita atau pun anak orang lain, tapi yang paling penting anak Surabaya adalah anak kita semua,” katanya.

Makanya, untuk menanggulangi atau mengantisipasi kekerasan terhadap anak, Wali Kota Risma telah berkirim surat edaran ke sekolah-sekolah, RT dan RW untuk pengamanan anak. Bahkan, ia juga berencana memasang kamera di seluruh pertigaan dan perempatan jalan untuk melindungi kekerasan terhadap anak. “Anak-anak itu lemah, mengapa mereka tega melakukan itu. Saya sampaikan perang untuk masalah ini,” tegasnya.

Tidak hanya itu, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini turut menggandeng seluruh jajaran, bukan hanya guru dan orang tua, tetapi semua pihak mulai dari polisi, TNI dan kader-kader lainnya untuk memerangi kejahatan pada anak.

“Menurut saya ini kejahatan luar biasa yang bisa merusak masa depan anak dan bangsa,” tandasnya.

Kepala Dinas Pendidikan Ikhsan menjelaskan kampanye peduli anak dilakukan untuk meningkatkan perhatian khusus terhadap anak-anak. Sebab, anak Surabaya adalah anak semua orang.

“Apabila melihat anak di jam-jam sekolah berada di tempat umum atau melihat anak di taman sendirian, kita sebagai orang dewasa harus menanyakan anak-anak itu. Jangan sampai dibiarkan, tetapi harus diperhatikan,” imbuh Ikhsan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya Nanis Chaerani memastikan bahwa kampanye ini serentak digelar di 19 lokasi di Surabaya, diantaranya di Jl. Tunjungan depan SMPN 3 dan 4, Jl. Dr. Sutomo, Jl.Wali Kota Mustajab, Jl. Tembaan (Depan sekolah Stella Maris), Jl. Kebon Rojo (depan kantor pos).

Selain itu, digelar pula di persimpangan jembatan layang diponegoro, Jl. Urip Sumoharjo, perempatan pasar pegirian, Jl. Raya Perak Timur, Bundaran Taman Ampel, Jl. Prof Dr.Moestopo, Perempatan Raya Gubeng, Jl. Ir.Soekano (depan Koni), Masjid Al-Falah (depan museum Mpu Tantular), RSI Wonokromo, Perempatan Raya Dukuh Kupang, Jl. HR. Muhammad, Perempatan Raya Menganti (arah Unesa – Lidah) dan Jl. Raya Tandes Lor (bundaran Margomulyo).

Gerakan ini, lanjut dia, juga didukung oleh kader-kader yang telah membantu Pemkot Surabaya dalam mengawasi dan menangani anak-anak bermasalah psikis, diantaranya, Kader Pusat Krisis Berbasis Masyarakat (PKBM), Bunda PAUD, Posyandu, Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM), NU, Komunitas Psikolog Surabaya, Polrestabes Surabaya yang diwakili Polwan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Surabaya, siswa siswi SD-SMP, para guru serta perguruan tinggi. “Setidaknya ada 10 ribu orang yang berpartipasi hadir dan mendukung kampanye tersebut,” kata dia.

Usai melakukan aksi, Pemkot Surabaya beserta jajarannya memasang spanduk-spanduk di 19 titik yang sudah ditentukan. Tujuannya, agar pengendara R-2/R-4 bisa membaca himbauan atau kampanye agar mampu menjaga anak-anaknya. “Saat lampu merah diharapkan pengendara membaca dan selalu ingat dengan keberadaan anaknya,” ungkapnya.

Menurut Nanis, kegiatan ini juga mendorong seluruh masyarakat khususnya para orang tua untuk lebih peduli dan meningkatkan pengawasan serta perlindungan kepada anak-anaknya, utamanya ketika anaknya mengalami perubahan yang tidak biasa dilakukan. “Harus lebih peka melihat gerak-gerik yang mencurigakan atau melihat anaknya sering bengong, itu langsung didekati lalu ditanyakan, jangan dibiarkan,” pungkasnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com