kabar ketenagakerjaan

Mahasiswa Perlu Bersiap Hadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0

Kompas.com - 13/02/2018, 13:45 WIB

Munculnya era digital saat ini telah membawa berbagai dampak bagi masyarakat, khususnya dalam dunia industri. Salah satunya adalah revolusi industri 4.0 telah terjadi dalam dunia industri, ditandai dengan berubahnya iklim bisnis dan industri yang semakin kompetitif karena perkembangan teknologi informasi.

Menghadapi revolusi industri 4.0, mahasiswa yang tengah menuntut ilmu harus mempersiapkan diri dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

“Tantangan tersebut  harus dihadapi sesuai pola kerja baru yang tercipta dalam  revolusi 4.0. Salah satu faktor yang penting adalah keterampilan dan kompetensi yang harus tetap secara konsisten ditingkatkan,” ujar Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (Dirjen Binapenta & PKK)  Maruli Hasoloan saat mewakili Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Hanif Dhakiri membuka IKA Unpad Job Expo, Senin, 12 Februari 2018.

Revolusi industri 4.0 merupakan integrasi pemanfaatan internet dengan lini produksi di dunia industri. Pembauran ini berdampak pada terciptanya jabatan dan keterampilan kerja baru serta hilangnya beberapa jabatan lama.

Oleh karenanya, menurut Maruli, lembaga pendidikan dan pelatihan Indonesia harus mampu menghasilkan lulusan yang memiliki nilai tambah sesuai kebutuhan pasar kerja.  "Lembaga pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang berkarakter, kompeten, dan inovatif," terangnya.

Maruli juga menambahkan, dunia industri juga perlu mempertimbangkan sektor ketenagakerjaan dalam proses transformasi industri ke depannya. "Dunia industri juga harus dapat mengembangkan strategi transformasi dengan mempertimbangkan perkembangan sektor ketenagakerjaan karena transformasi industri akan berhasil dengan adanya tenaga kerja yang kompeten," katanya.

Sementara itu, Direktur Pendidikan Universitas Padjajaran, Wawan Hermawan menegaskan pentingnya memiliki daya saing tinggi bagi generasi yang hidup di era industri 4.0.

"Selain unggul di bidang akademik, generasi saat ini juga harus berdaya saing tinggi. Persaingan di luar dana sangat ketat, apalagi sekarang sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)," jelasnya.

Dari sudut pandang lain, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat Ferry, Sofyan Arif memaparkan, 30 persen dari 22 juta angkatan kerja di Jawa Barat adalah lulusan SMA/SMK.

"Kegiatan jobfair semacam ini adalah kegiatan yang sangat bagus untuk penyerapan angkatan kerja. Selain itu, kedepannya kita juga akan mengarahkan angkatan kerja untuk menjadi wirausaha," ujar Sofyan.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com